21 3 D. Tujuan Akhir Mata pelajaran Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium bertujuan untuk: 1. Meyakini anugerah Tuhan pada pembelajaran teknik dasar pekerjaan laboratorium kimia sebagai amanat untuk kemaslahatan umat manusia 2. Menghayati sikap cermat, teliti dan tanggungjawab sebagai hasil dari pembelajaran Teknik Dasar Pekerjaan
Keselamatan dan Keamanan Kerja atau laboratory safety K3 memerlukan perhatian khusus , karena penelitian menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja dengan intensitas yang mengkawatirkan yaitu 9 orang/hari. Oleh karena itu K3 seyogyanya melekat pada pelaksanaan praktikum dan penelitian di laboratorium. Laboratorium adalah tempat staf pengajar, mahasiswa dan pekerja lab melakukan eksprimen dengan bahan kimia alat gelas dan alat khusus. Penggunaan bahan kimiadan alat tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Pada umumnya kecelakan kerja penyebab utamanya adalah kelalaian atau kecerobohan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara membina dan mengembangkan kesadaran attitudes akan pentingnya K3 di laboratorium. Keselamatan Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup tidak berlebihan dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan akibat yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya. Hal tersebut perlu dijelaskan berulang ulang agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Keselamatan yg dimaksud termasuk orang yg ada disekitarnya. Peraturan Keselamatan Kerja Tujuan Peraturan Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin 1. Kesehatan , keselamatan dan kesejahteraan orang yg bekerja di laboratorium. 2. Mencegah orang lain terkena resiko pekerjaan laboratorium yang menyebabkan terganggu kesehatannya akibat kegiatan di laboratorium.
StafAhli Kimia Dasar adalah orang yang bertugas mentelaah dan memberi masukkan kepada Kepala Laboratorium dalam melaksanakan tugas dengan profesional sehingga menjadikan Laboratorium Kimia Dasar sebagai sarana mahasiswa dan dosen dalam proses pembelajaran melalui kegiatan praktikum dan penelitian untuk menghasilkan lulusan yang berkompeten Laboratory is one of the tool that is used to learn chemistry. In learning we expected that students not only know, but also understand the subject very well. Knowledge about theory that is scientific can be proved by doing some experiments in the laboratory. With the existence of the laboratory, students will understand more about the subject by doing scientific works. Therefore students will have a good grip on the scientific work’s step and their knowledge will last longer. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 LABORATORIUM SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN KERJA ILMIAH Amna Emda Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh E_mail amna_emda12 Abstract Laboratory is one of the tool that is used to learn chemistry. In learning we expected that students not only know, but also understand the subject very well. Knowledge about theory that is scientific can be proved by doing some experiments in the laboratory. With the existence of the laboratory, students will understand more about the subject by doing scientific works. Therefore students will have a good grip on the scientific work’s step and their knowledge will last longer. Keywords Laboratorium,knowledge and scientific process PENDAHULUAN Dewasa ini belajar berpusat pada peserta didik student centered yang dijadikan pendekatan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku keaarah yang lebih baik. Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Tugas pendidik yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik, Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Harapannya agar peserta didik memiliki kompetensi melalui upaya menumbuhkan serta mengembangkan sikap/attitude, pengetahuan/knowledge, keterampilan/skill. Kualitas yang harus terealisasikan antara lain kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa, Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, JakartaBumi Aksara, 2008. H. 57 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung Remaja Rosdakarya, 2007. H. 100 M. Hosnan, Pendekatan saintifikdan Kontekstual dalam Pembelajran Abad 21, Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta Ghalia Indonesia, 2014. Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 – 219 Salah satu cara untuk memberdayakan potensi peserta didik adalah menyediakan laboratorium. Laboratorium dibutuhkan sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan kertrampilan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran IPA atau sains. Laboratorium merupakan salah satu prasarana pembelajaran yang dapat digunakan sebagai tempat untuk melatih peserta dalam memahami konsep-konsep dan meningkatkan keterampilan dalam melakukan percobaan ilmiah. Keberadaan laboratorium dalam pembelajaran di bidang IPA atau sains khususnya kimia adalah suatu yang sangat penting. Laboratorium merupakan wadah untuk membuktikan sesuatu yang harus dilakukan melalui suatu percobaan. Peserta didik dapat melakukan percobaan untuk membuktikan teori-teori ilmiah yang diperolehnya dalam pembelajaran. Dalam pendidikan sains kegiatan laboratorium merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar, khususnya kimia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan di laboratorium memberikan kemudahan bagi peserta dalam memahami apa yang mereka pelajari materi melalui pendekatan kerja ilmiah. Kimia merupakan salah satu bidang studi sains yang dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur, transformasi, dinamika dan energinetika zat yang melibatkan penalaran dan ketrampilan. Ilmu kimia merupakan rumpun IPA yang pada hakikatnya dapat dipandang sebagai proses dan produk. Kimia sebagai proses meliputi ketrampilan dan sikap yang dimiliki oleh ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri dari fakta, konsep, dan prinsip kimia. Pengertian dan Fungsi Laboratorium Laboratorium adalah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan percobaan, pengukuran, penelitian atau riset ilmiah yang berhubungan dengan ilmu sains kimia, fisika, biologi dan ilmu-ilmu lainnya. Laboratorium bisa berupa ruangan yang tertutup seperti kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain. Depdiknas, Standar Kompeensi Mata Pelajaran kimia SMA dan MA, Jakarta Depdiknas, 2003 h. 6-7 Raymond Chang, Kimia dasar Jilid I, Jakarta Erlangga, 2000 h. 4 220 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian ujicoba, penelitian dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai. Laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang melakukan berbagai macam kegiatan penelitian riset, pengamatan, pelatihan dan pengujan ilmiah sebagai pendekatan antara teori dan praktik dari berrbagai macam disiplin ilmu. Secara fisik laboratorium juga dapat merujuk kepada suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka. Laboratorium harus dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana untuk kebutuhan percobaan. Laboratorium sebagai tempat kegiatan riset, penelitian, percobaan, pengamatan, serta pengujian ilmiah memiliki banyak fungsi, yaitu 1. Menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan antara teori dan praktik 2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari kalangan siswa, mahasiswa, dosen, atau peneliti lainnya. Hal ini disebabkan laboratorium tidak hanya menuntut pemahaman terhadap objek yang dikaji, tetapi juga menuntut seseorang untuk melakukan eksperimentasi. 3. Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti yang terdiri dari pembelajar, peserta didik, mahasiswa, dosen dan seluruh praktisi keilmuan lainnya untuk mencari hakikat kebenaan ilmiah dari suatu objek keilmuan dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial. 4. Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam mempergunakan alat media yang tersedia di dalam laboratorium untuk mencari dan menentukan kebenaran ilmiah sesuai dengan berbagai macam riset ataupun eksperimentasi yang akan dilakukan. 5. Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai macam keilmuan sehingga akan mendorong mereka untuk selalu mengkaji dan mencari kebebaran ilmiah dengan cara penelitian, ujicoba, maupun eksperimentasi. 6. Laboratorium dapat memupuk dan membina rasa percaya diri para peneliti dalam keterampilan yang diperoleh atau terhadap penemuan yang didapat dalam proses kegiatan kerja di laboratorium. 7. Laboratoriun dapat menjadi sumber belajar untuk memecahkan barbagai masalah melalui kegiatan praktik, baik itu masalah dalam pembelajaran, masalah akademik, maupun masalah yang terjadi ditengah masyarakat yamg membutuhkan penanganan dengan uji laboratorium. Depdiknas, SPTK-21, Jakarta Depdiknas, 2002 h. 12 Decaprio Richard, Tips mengelola lab sekolah, Jogyakarta Diva Press, 2013 h 16 Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 – 221 8. Laboratorium dapat menjadi sarana belajar bagi para siswa, mahasiswa, dosen, aktivis, peneliti dan lain-lain untuk memahami segala ilmu pengetahuan yang masih bersifat abstrak sehingga menjadi sesuatu yang bersifat konkret dan nyataSecara garis besar fungsi laboratorium adalah sebagai berikut 1. memberikan kelengkapan bagi pelajaran yang telah diterima sehingga antara teori dan praktek bukan merupakan dua hal yang terpisah. 2. memberikan ketrampilan kerja ilmiah bagi mahasiswa/siswa. 3. memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari suatu objek dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial. 4. menambah keterampilan dalam menggunakan alat dan media yang tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran. 5. memupuk rasa ingin tahu mahasiswa/siswa sebagai modal sikap ilmiah seorang calon ilmuan. 6. memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan yang diperoleh, penemuan yang didapat dalam proses kegiatan kerja laboratorium. Lebih lanjut Sudaryanto menyatakan peranan dan fungsi labortorium ada tiga, yaitu sebagai 1 sumber belajar, artinya laboratorium digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik atau melakukan percobaan, 2 metode pendidikan, yang meliputi metode pengamatan dan metode percobaan, dan 3 sarana penelitian, yaitu tempat dilakukannya berbagai penelitian sehingga terbentuk pribadi peserta didik yang bersikap ilmiah. Menurut Depdikbud tujuan pengadaan laboratorium diantaranya adalah meningkatkan kemampuan praktek peserta didik di laboratorium. Adapun tujuan penggunaan laboratorium kimia/ IPA bagi peserta didik antara lain 1. mengembangkan keterampilan pengamatan, pencatatan data, penggunaan alat, dan pembuatan alat sederhana. 2. Melatih bekerja cermat, serta mengenal batas-batas kemampuan pengukuran laboratorium 3. Melatih ketelitian mencatat dan kejelasan melaporkan hasil percobaan 4. Melatih daya berfikir kritis, analitis melalui penafsiran eksperimen 5. Memperdalam pengetahuan 6. Mengembangkan kejujuran dan rasa tanggung jawab Richard Decsaprio, Tips Mengelola Laboratorium...hal 17-20 222 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 7. Melatih merencanakan dan melaksanakan dan percobaan lebih lanjut dengan menggunakan bahan-bahan dan alat yang ada Kerja Ilmiah Menggunakan Laboratorium Pembelajaran IPA yang efektif menuntut pembelajaran konsep dan sub-konsep yang berfokus pada pengembangan keterampilan proses melalui penelitian sederhana, percobaan, demontrasi dan sejumlah kegiatan praktis lainnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan dikatakan bahwa standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal, salah satu fasilitas penunjang pendidikan yang sangat penting adalah adanya laboratorium di ilmiah adalah suatu keterampilan proses sains KPS yang merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah baik kognitif maupun psikomotor yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya. Jadi, KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu dilakukan kegiatan kerja ilmiah atau Ketrampilan Proses Sains umumnya di laboratorium. Laboratorium merupakan tempat dilakukannya percobaan dan penelitian. Tempat ini dapat berupa ruang tertutup, kamar atau ruang terbuka, atau kebun. Berdasarkan Depdikbud dalam Supriatna 2008, dalam pengertian yang terbatas, laboratorium merupakan suatu ruang tertutup dimana percobaan/eksperimen dan penelitian yang dilakukan. Laboratorium dilengkapi sejumlah peralatan yang dapat digunakan siswa untuk melakukan eksperimen atau percobaan dalam sains, melakukan pengujian dan analisis, melangsungkan penelitian ilmiah, ataupun paraktek pembelajaran dalam sains. Keterampilan dasar bekerja ilmiah merupakan perluasan dari metode ilmiah yang diartikan sebagai scientific inquiry, yang diterapkan dalam tindakan pembelajaran IPA maupun dalam kehidupan sehari-hari. Rustaman berpendapat bahwa kemampuan dasar bekerja ilmiah terdiri atas kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Dalam pembelajarannya dapat dilakukan melalui pemberian dalam bentuk kegiatan mandiri atau kelompok kecil. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Indrawati, Keterampilan Proses Sains Tinjauan Kritis dari Teori ke Praktis, Bandung Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 1999, h. 3. Rustaman dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi, Bandung Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI 2003. h. 17 Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 – 223 Keterampilan dasar bekerja ilmiah sebagian besar memiliki irisan dengan jenis-jenis keterampilan proses yang merupakan penjabaran dari metode ilmiah pada tingkat pendidikan dasar dan menengah banyak beririsan dengan keterampi-lan proses yang mencakup keterampilan mengajukan pertanyaan, melakukan pengamatan, observasi, mengelompokkan klasifikasi, melakukan inferensi, memprediksi, menafsirkan dan merencanakan percobaan atau penelitian, menggunakan alat / bahan, berkomunikasi dan berhipotesis. Kerja ilmiah diungkapkan menjadi kemampuan-kemampuan merencanakan dan melaksanakan penyelelidikan, melaksanakan percobaan dan berkomunikasi ilmiah pengalaman bekerja ilmiah perlu dikembangkan supaya siswa mampu mengembangkan keterampilan proses, sikap ilmiah dan menguasai konsep fisika untuk memecahkan masalah, memahami masalah dan menyelesaikan masalah. Kegiatan penyelidikan/ percobaan kerja ilmiah selalu dikembangkan dengan pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses yang meliputi kemampuan mengamati, mengukur, meggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan percobaan termasuk mengidentifikasi variabel-variabel yang terlibat dalam percobaan, membuat dan menafsirkan informasi/grafik/data, menerapkan konsep, menyimpulkan, mengkomunikasikan, baik secara verbal maupun non verbal serta dikembangkan sejumlah sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, terbuka, kritis, teliti, tekun, berdaya cipta, kerja sama, peduli terhadap lingkungan. Adapun klasifikasi Ketrampilan Proses Sains terdiri dari sejumlah keterampilan tertentu, sebagai berikut 1. Mengamati Mengamati adalah proses pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan inderanya. Untuk dapat menguasai keterampilan mengamati, peserta didik harus menggunakan sebanyak mungkin inderanya, yakni melihat, mendengar, merasakan, mencium dan mencicipi. Dengan demikian dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan memadai. 2. Mengelompokkan/Klasifikasi Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan 224 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 seperti mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan. 3. Menafsirkan Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya. Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu, dari mengamati langsung, lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya peserta didik mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya membuat kesimpulan. 4. Meramalkan Meramalkan adalah memperkirakan berdasarkan pada data hasil pengamatan yang reliabel Firman, 2000. Apabila siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatannya untuk mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya, maka peserta didik tersebut telah mempunyai kemampuan proses meramalkan. 5. Mengajukan pertanyaan Keterampilan proses mengajukan pertanyaan dapat diperoleh siswa dengan mengajukan pertanyaan apa, mengapa, bagaimana, pertanyaan untuk meminta penjelasan atau pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. 6. Merumusakan hipotesis Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu. 7. Merencanakan percobaan Agar peserta didik dapat memiliki keterampilan merencanakan percobaan maka siswa tersebut harus dapat menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Selanjutnya, siswa harus dapat menentukan variabel-variabel, menentukan variabel yang harus dibuat tetap, dan variabel mana yang berubah. Demikian pula peserta didik perlu untuk menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara dan langkah-langkah kerja. Selanjutnya dapat pula menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan. Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 – 225 8. Menggunakan alat dan bahan Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan sendirinya peserta didik harus menggunakan secara langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh pengalaman langsung. Selain itu, peserta didik harus mengetahui mengapa dan bagaimana cara menggunakan alat dan bahan. 9. Menerapkan konsep Keterampilan menerapkan konsep dikuasai peserta didik apabila mereka dapat menggunakan konsep yang telah dipelajarinya dalam situasi baru atau menerapkan konsep itu pada pengalaman-pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. 10. Berkomunikasi Keterampilan ini meliputi keterampilan membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil percobaan. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk berkomunikasi. Menurut Firman 2000, keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan menyampaikan gagasan atau hasil penemuannya kepada orang Pengetahuan melalui Laboratorium Salah satu tujuan digunakan laboratorium adalah untuk memperdalam pengetahuan peserta didik. Laboratorium adalah tempat atau ruangan yang dirancang khusus untuk pengajaran. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui pesan lisan yang disampaikan oleh guru pendidik di ruang kelas belum memberikan makna yang mendalam bagi peseta didik karena masih bersifat abstrak yang berupa teori-teori ilmiah. Berbagai teori yang diterima di ruang kelas akan lebih bermanfaat bagi siswa bila mereka dapat membuktikan sendiri melalui percobaan dan pengamatan. Dengan terlibat langsung dalam proses pembelajaran peserta akan memperoleh kemampuan yang dapat bertahan lebih lama pada dirinya. Disamping itu peserta didik secara aktif mengembangkan dan membangun pengetahuannya. Dengan demikian maka laboratorium sangat berperan dalam meningkatkan pengetahuan peserta didik. Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran Jakarta Rineka Cipta ,2009. . Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta Kencana, 2009. h. 298 226 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 Adapun peranan laboratorium di sekolah adalah ; 1. Tempat timbulnya berbagai masalah dan sekaligus tempat memecahkan masalah tersebut 2. Laboratorium sebagai tempat untuk melatih keterampilan serta kebiasaan menemukan suatu masalah dan sikap teliti 3. Laboratorium sebagai tempat yang dapat mendorong semangat peserta didik untuk memperdalam pengertian dari suatu fakta yang iselidiki atau diamati. 4. Laboratorium berfungsi sebagai tempat untuk melatih peserta didik bersikap cermat, sabar dan jujur serta berfikir kritis dan cekatan 5. Laboratorium sebagai tempat bagi peserta didik untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya. Kegiatan dilaboratorium sering disebut dengan praktikum. Kegiatan praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar kimia atau sains bagi siswa. Melalui kegiatan laboratorium siswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang siswa untuk menemukan pengetahuan melalui eksplorasi Dengan praktikum peserta didik dilatih untuk mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Eksperimen merupakan aktivitas yang biasa dilakukan oleh ilmuwan. Dengan adanya kegiatan praktikum di laboratorium akan melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan bereksperimen. Dengan melakukan eksperimen melatih peserta didik melakukan observasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur, menangani dan menggunakan alat secara aman, merancang, melakukan dan menginterpretasikan eksperimen. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Cara terbaik untuk melakukan pendekatan ilmiah adalah menjadikan siwa sebagai ilmuwan. Pembelajaran kimia atau sains akan lebih baik bila dilaksanakan melalui pendekatan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagia aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran sains menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Kegiatan praktikum menunjang materi pembelajaran. Dengan praktikum memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan teori atau membuktikan teori. Emha, H, Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah, BandungPT. Remaja Rosda Karya, 2002 h. 21 Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 – 227 Laboratorium sebagai Sarana Pembelajaran Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran. Salah satu sarana pembelajaran adalah laboratorium. Laboratorium dalam pembelajaran kimia melibatkan siswa dalam pengalaman konkrit yang diperoleh melalui kegiatan laboratorium yang sangat penting untuk siswa dalam proses belajar. Pembelajaran akan lebih efektif jika siswa merefleksikan pengalaman sendiri dan mencoba menggunakan apa yang dipelajari. Edgar Dale mengklasifikasikan pengalaman belajar mulai dari hal-hal yang paling konkrit sampai hal-hal yang dianggap paling abstrak. Alasan pentingnya kegiatan praktikum sains adalah sebagai berikut 1. Praktikum membangkitkan motivasi belajar sains. Melalui kegiatan laboratorium siswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang kegiatan praktikum dimana siswa menemukan pengetahuan melalui eksploitasinta terhaap alam. 2. Praktikum mengembangkan ketrampilan dasar melakukan eksperimen. Kegiatan praktikum melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur secara aman, merancang, melakukan dan menginterpretasikan eksperimen. 3. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah 4. Praktikum dpat menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Pengalaman belajar yang diperoleh siswa melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari adalah suatu pengalaman langsung. Semakin konkret peserta didik mempelajari bahan pelajaran maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Dalam teori belajar disebutkan bahwa tahap dimulai dari penguasaan kemampuan mulai dari mengetahui, memahami dan menguasai. Pembelajaran dengan menggunakan metode verbal dapat membuat peseta didik tahu tetapi cepat lupa. Apabila metode verbal Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek KTSP. Jakarta Kencana, 2010. h. 200 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta Kencana, 2007. h. 165 228 – Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 disertai dengan pengamatan, melakukan, peserta didik akan menguasai kemampuan itu dan bertahan relatif lama dalam dirinya. PENUTUP Dalam pembelajaran sains khususnya kimia diperlukan sarana dan prasarana salah satunya adalah laboratorium. Laboratorium merupakan tempat untuk melakukan kegiata percobaan atau praktikum. Peserta didik akan lebih memahami materi pelajaran apabila mereka dilibatkan secara aktif dalam proses belajar. Peserta didik akan mengetahui, memahami dan juga menguasai materi secara baik dengan melakukan kegiatan mengamati dan melakukan percobaan atau eksperimen. Peserta didik akan terlatih untuk bekerja secara ilmiah sebagaimana layaknya seorang ilmuwan. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh akan lebih bertahan lama pada dirinya. Disamping itu peserta didik dapat menguasai langkah kerja ilmiah sebagaimana yang telah ditentukan. DAFTAR PUSTAKA Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta Kencana, 2009. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta Rajawali Press, 2014. Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta, Gramedia, 1990. Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran kimia SMA dan MA, Jakarta Depdiknas, 2003. Depdiknas, SPTK-21, Jakarta Depdiknas, 2002. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta Rineka Cipta, 2009. Emha, H., Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah, Bandung PT. Remaja Rosda Karya, 2002. E, Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung Remaja Rosdakarya, 2007. H. Firman, Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia, Bandung Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, 2000. M. Hosnan, 2014. Pendekatan saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajran Abad 21, Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta Ghalia Indonesia.. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, JakartaBumi Aksara, 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Raymond Chang, Kimia dasar Jilid I. Jakarta Erlangga, 2000. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta Kencan, 2007. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta Rajawali Press. 2014, Lantanida Journal, Vol. 2 No. 2, 2014 – 229 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek KTSP, Jakarta Kencana, 2010. ... Di lingkup sekolah, laboratorium merupakan tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar di mana siswa dapat berinteraksi dengan berbagai media dan bahan untuk mengamati suatu objek atau gejala yang sedang dipelajari. Laboratorium merupakan salah satu penunjang pembelajaran pada satuan pendidikan baik pada tingkat SMP, SMA/SMK, dan perguruan tinggi [6]- [8]. Beberapa hal yang tidak bisa dilakukan di ruang kelas dapat dilakukan di ruang laboratorium. ...Dwi Agus SuryaniTujuan penelitian penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui faktor yang menghambat pemanfaatan laboratorium Panacasila sebagai media pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Bantul. MetodologiPenelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah guru PKN dan pengelola laboratorium pancasila yang ada di SMPN 1 Bantul. Instumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah instrumen wawancara mengenai pemanfaatan laboratorium pancasila. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunnakan metode Miles dan Huberman.. Temuan utama Hasil dari penelitian ini yaitu pemanfaatan laboratorium pancasila belum dapat dikatakan efektif. Selanjutnya, nilai lebih laboratorium pancasila dapat terlihat dari kapasitas Laboratorium Pancasila sudah sesuai dengan standar laboratorium pada umumnya, fasilitas yang terdapat di dalam Laboratorium Pancasila dan sarana prasarana yang mendukung dalam pembelajaran PPKn. Hambatan yang dihadapi oleh Laboratorium Pancasila berupa hambatan intern yang meliputi kesulitan dalam mengadakan alat-alat dan media pembelajaran, kurangnya alat-alat untuk mendukung pembelajaran PPKn, kurangnya pengelolaan Laboratorium Pancasila. Sedangkan, hambatan ekstern antara lain guru kurang mengetahui kondisi alat yang ada di dalam laboratorium Pancasila, siswa kurang nyaman ketika pembelajaran dilakukan di dalam Laboratorium Pancasila, materi pembelajaran kadang susah untuk dimengerti oleh siswa, metode pembelajaran yang dilakukan di dalam Laboratorium Pancasila kurang inovatif, manajemen sekolah khususnya pembiayaan kurang mendukung Laboratorium Pancasila. Keterbaruan/Keaslian penelitian keterbaruan penelitian ini terletak pada Pemanfaatan Laboratorium Pancasila Sebagai Media Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP NEGERI 1 Bantul.... Sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran praktikum kimia di sekolah adalah laboratorium. Aktivitas praktikum dan laboratorium menjadi satuan kesatuan yang sangat penting dalam proses pembelajaran kimia Emda, 2017;Mitarlis et al., 2018. ...Toyib Febri KisdionoErwinsyah Erwinsyah Virgana VirganaPenelitian ini bertujuan untuk 1 Mendeskripsikan profil laboratorium kimia sekolah di SMAN Kabupaten Lebak 2 Mendeskripsikan profil aktivitas praktikum kimia di SMAN Kabupaten Lebak dan 3 Menganalisis hubungan profil laboratorium kimia dengan aktivitas praktikum kimia di SMAN Kabupaten Lebak. Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah SMAN di Kabupaten Lebak sebanyak 42 sekolah dengan sampel penelitian sebanyak 6 sekolah dengan teknik pengambilan sampel adalah stratified random sampling. Instrumen penelitian berupa lembar ceklis observasi dan pedoman wawancara. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data hasil penelitian menggunakan statistika deskriptif dan statistika inferensial. Uji hipotesis menggunakan uji korelasi rank spearmen dengan menggunakan SPSS for windows 24. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1 Profil laboratorium kimia sekolah di SMAN Kabupaten Lebak tergolong kategori kurang memenuhi standar dengan persentase 39,8%, 2 Profil aktivitas praktikum kimia di SMAN Kabupaten Lebak tergolong kategori cukup memenuhi standar dengan persentase 48% 3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan profil laboratorium kimia dengan aktivitas praktikum yang ditunjukkan dengan nilai sig. 0,008 < 0,05 dan koefisien korelasi bernilai positif sebesar 0,928 dengan kriteria sangat tinggi.... Chemistry is one of the fields of scientific find out about developed primarily based on experiments that seek answers to the questions of what, why, and how natural phenomena, especially these associated to composition, structure, transformation, dynamics, and energetics of components that involve reasoning and capabilities [6]. Chemistry is a science family which can be seen as a manner and a product. ...... Laboratorium adalah tempat untuk menerapkan teori, menerapkan pengetahuan teoritis dan sebagainya yang dilengkapi dengan alat dan fasilitas dalam jumlah dan kualitas yang memadai. [3] Laboratorium merupakan bagian integral dari proses pembelajaran pendidikan kejuruan. Laboratorium ini berguna dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan kebidanan bagi mahasiswa program studi kebidanan di STIK Siti Khadijah Palembang. ...Meta RosdianaRina PuspitaThe laboratory is a place to apply theory, apply theoretical knowledge, and so on, equipped with tools and facilities with adequate quantity and quality. Service quality/satisfaction is everything that focuses on the efforts made to meet the needs and desires of users accompanied by accuracy in delivering them to create balanced suitability with user expectations. This study aims to analyze the satisfaction of midwifery students with laboratory services using the Importance-Performance Analysis IPA method at STIK Siti Khadijah Palembang and as an evaluation material in maximizing the quality of the midwifery study program. Simple random sampling technique, covering 80 students of midwifery students at levels 1, 2, and 3 starting on August 9 to August 15, 2022. This study resulted in the quality of service received by students not as expected, still incomplete hand washing facilities that can be used, lack of available toilets, and places of worship in the laboratory besides the lack of internet facilities in this case internet access is not yet available or not all lecturers/students can access the internet in the midwifery laboratory, it is hoped that improvements can be made to the priority of attributes that are in quadrant 1.... The practicum will be more effective to improve students' expertise in observation and improve skills as well as a means of practicing in using equipment Mastika, 2014 A laboratory is a place for conducting experimental or practicum activities. Students will better understand the subject matter if they are actively involved in the learning process Emda, 2014. Samsudin et al 2012 also concluded that practicum increases learning motivation in students. ...Erika Lusiana TobingIka ChastantiDahrul Aman HarahapBiology is a science that has significant meaning for the world of education in schools. Biology can also be called a method of finding out about nature systematically, so that biology is not only a theoretical mastery of a collection of knowledge in the form of facts, concepts, or principles but also a process of finding facts with an actual process through a practicum in the Science Laboratory. The research objective was to determine the management of the Biology laboratory at SMA Negeri 1 Silangkitang. This study uses a descriptive method using a qualitative approach. The data analysis technique was carried out in a descriptive qualitative manner using the Miles and Huberman model. The results showed that the utilization of the science laboratory at SMA Negeri 1 Silangkitang was based on 1 completeness 80%; 2 Storage of tools and materials 75%; 3 Laboratory Maintenance 70%; 4 Provision of laboratories 75%; 5 Laboratory cleanliness 85%. Laboratory utilization at SMA Negeri 1 Silangkitang has been carried out well. Biology teachers carry out practicum in accordance with biology learning materials. Biology teachers attend laboratory training held in universities to develop competence in biology facilities, effective and efficient chemical laboratory management must be applied so that chemistry practicum activities can be carried out properly. Previous research has shown that the management of chemical laboratories in several high schools has not been carried out properly, so it is necessary to conduct this study at SMA Negeri 1 Tapaktuan, South Aceh. The purpose of this study was to determine the effectiveness of chemical laboratory management at SMA Negeri 1 Tapaktuan, South Aceh. This research was conducted qualitatively accompanied by descriptive analysis. Subjects in this study; principal, person in charge/head of chemical laboratory, laboratory staff and chemistry teacher. Collecting data by observation, interviews and documentation. Next, the research results are classified into 4 aspects of laboratory management which consist of planning, organizing, implementing and monitoring which are divided into 28 criteria. The results obtained are the management of the chemistry laboratory which is well implemented 75%, less good and not good The conclusion of this study is that the chemical laboratory management at SMA Negeri 1 Tapaktuan South Aceh has not been effective because it has not reached 80% of all aspects of chemical laboratory study aims to determine the effectiveness of using the Phet Simulation application based on STEM Science, Technology, Engineering, and Mathematics – PBL Problem Based Learning for mastering the basic concepts of science, especially the subject of Dynamic Electricity. This research was conducted on 1st Semester students from one of the PTKIS in Lamongan who taught the basic science concepts course for the 2022/2023 academic year, namely 35 people. The type of research used is quasi-experimental with a One Group Pretest-Posttest research design. The data collection techniques as the main data are pretest and posttest to find out the increase in mastery of the concept. The hypothesis testing in this study used the Paired Sample t Test using the SPSS 25 application. Based on the data obtained < it can be concluded that the use of the STEM-PBL-based phet simulation application is effective in increasing students' understanding of conceptsRiky DwihandakaSumarjo SumarjoThis study aims to reveal the effectiveness of utilization and to find out the direction of laboratory development of achievement and physical conditions in the Faculty of Sports Science, which consists of the level of use and completeness of laboratory infrastructure, laboratory management skills, managerial abilities, individual abilities, and student attitudes towards the direction of laboratory development. This research is a qualitative research. The qualitative data collection method used is the data triangulation method which consists of 1 Focus group discussion FGD for students 6 people/group, and 2 Non-participant observation in laboratory settings. The population of this study were all odd semester students who used the achievement laboratory and the physical condition of FIK UNY. The number of samples is based on the saturation of themes in focus group discussions and in-depth interviews. The sample selection of students was carried out based on convenience sampling technique, while in-depth interviews with laboratory managers used criterion sampling techniques. Data analysis used three stages consisting of 1 data reduction, 2 reconstructive data and 3 thematic analysis. Based on the research that has been done, the results show that FIK UNY students feel that the existence of an achievement laboratory and physical condition is very useful both in its use in lectures, training and research. In increasing the use of laboratory facilities, performance and physical conditions are emphasized on their use, management, maintenance and maintenance. Laboratory achievements need to be promoted and for laboratories in physical condition, staff or laboratory personnel need to be added. The development of performance laboratories and physical conditions is directed towards maintenance and maintenance as well as the construction of a wider and more integrated building. Key words utilization, development, laboratory Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan keefektifan pemanfaatan dan mengetahui arah pengembangan laboratorium prestasi dan kondisi fisik di Fakultas Ilmu Keolahragaan, yang terdiri dari tingkat penggunaan dan kelengkapan sarana prasarana laboratorium, kemampuan pengelolaan laboratorium, kemampuan manajerial, kemampuan individual, dan sikap mahasiswa terhadap arah pengembangan laboratorium. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data kualitatif yang dipergunakan adalah metode triangulasi data yang terdiri dari 1 Focus group discusion FGD pada mahasiswa 6 orang/kelompok, dan 2 Observasi non-participant pada setting laboratorium. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester gasal yang menggunakan laboratorium prestasi dan kondisi fisik FIK UNY. Jumlah sampel didasarkan pada saturasi tema pada focus group discussion maupun in-depth interview. Pemilihan sampel pada mahasiswa dilakukan berdasarkan teknik convenience sampling sedangkan pada in-depth interview dengan pengelola laboratorium dengan mempergunakan teknik criterion sampling. Analisis data menggunakan tiga tahap terdiri dari 1 data reduction, 2 data reconstrucsi dan 3 analisis thematic. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa mahasiswa FIK UNY merasa keberadaan laboratorium prestasi dan kondisi fisik sangat bermanfaat baik dalam penggunaannya dalam kuliah, latihan maupun penelitian. Dalam meningkatkan penggunaan sarana laboratorium prestasi dan kondisi fisik ditekankan pada pemakaian, pengelolaan, perawatan dan pemeliharaannya. Laboratorium prestasi perlu ditingkatkan promosinya dan untuk laboratorium kondisi fisik perlu ditambahkan staf atau petugas tenaga laboratorium. Pengembangan laboratorium prestasi dan kondisi fisik diarahkan dalam pemeliharaan dan perawatan serta pembuatan gedung yang lebih luas dan terpadu. Kata kunci pemanfaatan, pengembangan, laboratoriumYuli Tamar FilindityYanti TilukayThis study aims to know the effectiveness of the chemical science laboratory at the state senior high school of Southwest Moluccas Regency and what factors have affected the effectiveness of the chemical science laboratory. This study used a qualitative and quantitative descriptive approach, the object of class XI IPA at State Senior High School 4 Southwest Moluccas, State Senior High School 7 Southwest Moluccas and Senior High School 13 Southwest Moluccas. Data collection techniques use observation methods, questionnaires, interviews and documentation studies. The effectiveness of laboratory utilization is done by analyzing the results of questionnaires that have been distributed to teachers and students obtained a total of fall in the effective category. The results of using questionnaire methods in students and teachers in grades from three aspects are obtained, a strengthening the understanding of learners fall into the effective category, b fostering the scientific attitude of learners falls into the category of very effective, c training the skills of learners in conducting experiments falls into the effective category. The interview results showed that factors that affect the effectiveness of laboratory utilization are no labor force, lack of procurement of tools and materials that are following the subject matter and laboratory conditions that do not support experiment activities in the HendraEducation is a human right that must be fully protected and considered, starting from educational institutions and education policy makers. Because of the importance of an education, it is necessary to have a special education service management, so that the implementation of education at the educational institution is in accordance with the objectives of education, so that the process of providing services to all students is an important part of school-based management SBM to support learning activities run smoothly. efficient and effective. Amalia 2018. Services that generally exist in schools consist of educational services, library services, counseling guidance services, cafeteria services, dormitory services, transportation services, cooperative services, and student council services. In this study, three indicators will be discussed, namely concepts, principles and techniques of special education service management. This study uses a qualitative approach with the type of literature study. Data were collected from various journals according to the research topic through descriptive analysis. The results of this study, special education service management part of school-based management is able to provide the best service to students from all services, in order to achieve the goals of NataAbuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta Kencana, P Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta Rajawali Press, Dimyati DanDimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta Rineka Cipta, Guru ProfesionalE, Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung Remaja Rosdakarya, Hasil Belajar dalam Pengajaran KimiaH FirmanH. Firman, Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia, Bandung Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajran Abad 21M HosnanM. Hosnan, 2014. Pendekatan saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajran Abad 21, Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta Ghalia Indonesia..Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Raymond ChangPeraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Raymond Chang, Kimia dasar Jilid I. Jakarta Erlangga, 2000.