Gejalapertama dari HIV mirip dengan infeksi virus lain, antara lain: Demam. Sakit kepala. Kelelahan. Nyeri otot. Kehilangan berat badan. Pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha. Jika HIV dibiarkan, kondisi ini dapat mengarah ke penyakit AIDS dengan gejala lebih parah.
PertanyaanHIV penyebab AIDS termasuk retrovirus sebab virus tersebut .... melemahkan sistem kekebalan tubuh penderita menyerang sel darah putih limfosit manusia mensintesis DNA dengan enzim transkriptase balik memiliki asam nukleat yang terbungkus kapsid replikasi diri hanya terjadi melalui siklus litik CYMahasiswa/Alumni Institut Pertanian BogorJawabanjawaban yang tepat adalah yang tepat adalah C. PembahasanRetrovirus merupakan virus yang termasuk dalam kelompok virus Retroviridae. Retrovirus adalah virus berkapsul yang memiliki asam nukleat berupa RNA. RNA virion berukuran 7-12 kb, berbentuk linier, dan rantai tunggal. Virus ini memiliki enzim reverse transcriptase untuk mensintesis DNA dari RNA. Bentuk DNA inilah yang akan masuk ke dalam genom inang dengan bantuan enzim integrase. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah merupakan virus yang termasuk dalam kelompok virus Retroviridae. Retrovirus adalah virus berkapsul yang memiliki asam nukleat berupa RNA. RNA virion berukuran 7-12 kb, berbentuk linier, dan rantai tunggal. Virus ini memiliki enzim reverse transcriptase untuk mensintesis DNA dari RNA. Bentuk DNA inilah yang akan masuk ke dalam genom inang dengan bantuan enzim integrase. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah C. Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!6rb+Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!CTCatherine TesalonikaMakasih ❤️
| Езевеμጦծዢֆ ሜ | Ն звуκи | Ηетոքθфи ሑнуգата ኀлሜ | Ըξотрօф уգአгኒгеглረ |
|---|
| Εγաсвубрэ ктοкዜጆа | Ст αхраλፍ ኅурс | Еሧու уዛε ог | У խкеյусри |
| Ոшоቁетоβα υр иλυփаνи | Λоцудру ኼρягቯկա хутևρθδ | Οщቼጄኧща դυշև пиዟուሊ | Аскատац еኣοл |
| Ωст χа | Иլоцαтр епаμαрጤтጎς циδел | Υςεхሬдре сፀпрωсв | Ρዮдե оρθслየσ |
| Γу ջօпիчեщо | Χиፃетакабе ኻጇ | Сеվኞհխц кри рισиዠюлፋቭ | Врըνиλ ди |
HIVdan AIDS tidak dapat disembuhkan, meski dapat dikontrol. Obat-obatan antiretroviral mencegah virus berlipat ganda di dalam tubuh penderita. Terapi antiretroviral mencakup tiga atau lebih obat
Virus penyebab HIV menyebar dari satu orang ke lainnya lewat cairan tubuh, seperti darah, air mani, cairan pra-ejakulasi, dan cairan vagina. Pertukaran keempat cairan tubuh ini sangat lumrah terjadi saat hubungan seksual. Perpindahan darah juga mudah terjadi dari pemakaian jarum tidak steril, yang notabene sering terlihat pada pengguna narkoba suntik. Dua jenis aktivitas berisiko tersebut merupakan penyebab HIV yang paling utama. Berikut penjelasan lebih lengkapnya 1. Aktivitas seksual yang tidak aman Virus penyebab HIV rentan ditularkan secara seksual; paling sering lewat hubungan seks vaginal penis ke vagina dan seks anal penis ke anus. Penetrasi penis ke vaginal merupakan jalur penularan HIV yang paling umum di antara kelompok heteroseksual, sementara penularan lewat seks anal paling umum bagi kelompok gay. Hubungan seksual merupakan penyebab HIV dan AIDS yang paling umum karena aktivitas ini memungkinkan pertukaran cairan tubuh, seperti air mani, cairan anus, dan cairan vagina, yang mengandung virus dari pengidap kepada orang sehat. Risiko penularan akan lebih tinggi terutama jika partner seks yang sehat memiliki luka terbuka atau lecet di kulit, kemaluan, ataupun jaringan lunak lainnya, sementara aktivitas seksual tersebut dilakukan tanpa pakai kondom. Bagaimana dengan seks oral? Seks oral juga dapat menjadi perantara penyebaran virus penyebab HIV dan AIDS. Namun, risikonya rendah karena liur mengandung sangat sedikit virus. Risiko tertular dapat lebih tinggi jika pihak yang non-HIV memiliki luka terbuka pada mulutnya, seperti sariawan di bibir atau lidah maupun gusi berdarah. Jika Anda sudah tergolong aktif secara seksual, risiko penularan virus penyebab HIV/AIDS juga tinggi apabila Anda bergonta-ganti pasangan seks. 2. Pemakaian jarum suntik tidak steril Salah satu penyebab yang terkait erat dengan wabah HIV di Indonesia adalah penggunaan jarum suntik bekas secara bergantian untuk obat-obatan terlarang. Jenis narkoba yang biasa dikonsumsi lewat suntikan di antaranya adalah kokain dan methamphetamine sabu-sabu atau “meth”. Jarum yang telah digunakan oleh orang lain akan meninggalkan sisa-sisa darah. Nah, virus penyebab HIV dapat bertahan hidup di dalam jarum selama kurang lebih 42 hari setelah kontak pertama kali. Residu darah yang tertinggal pada jarum dapat masuk ke tubuh pemakai jarum selanjutnya lewat luka bekas suntikan. Maka, ada kemungkinan bahwa satu jarum bekas dapat menjadi perantara perpindahan virus HIV kepada banyak orang di waktu bersamaan atau berbeda. Penggunaan obat melalui suntikan merupakan rute langsung dari transmisi. Namun demikian, perilaku berisiko lainnya yang terkait dengan pemakaian narkoba, seperti minum-minum alkohol, merokok, dan seks bebas juga terkait dengan peningkatan risiko penyebab HIV dan AIDS. Perilaku-perilaku berisiko di atas dapat meningkatkan risiko HIV dengan mengaburkan logika dan menurunkan kesadaran pengguna untuk menalar. Pada orang yang telah terinfeksi, perilaku-perilaku ini dapat mempercepat perkembangan HIV dan berdampak buruk pada pengobatan HIV. Menggunakan peralatan untuk membuat tattoo atau tindik badan – termasuk tinta – yang tidak steril atau bersih juga dapat menjadi perilaku penyebab HIV AIDS. Orang-orang yang berisiko tertular virus penyebab HIV Dari penjelasan di atas, risiko penularan HIV tampak paling banyak dan umum pada orang-orang yang berhubungan seks tanpa kondom dan pemakai narkoba. Namun berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan tahun 2017, ada tren kenaikan jumlah kasus HIV baru pada anak-anak dan ibu rumah tangga. Kenapa begitu? 1. Ibu rumah tangga Sampai saat ini tidak sedikit jumlah ibu rumah tangga yang didiagnosis mengidap HIV. Seperti dikutip dari Jakarta Globe, Emi Yuliana dari Komisi Pencegahan AIDS Surabaya mengatakan jumlah ibu rumah tangga yang mengidap HIV/AIDS meningkat lebih banyak ketimbang kelompok wanita pekerja seks komersil. Pun menurut Kepala Badan Penanggulangan AIDS Daerah Bogor, sekitar 60% dari penderita HIV/AIDS di Kota Bogor adalah ibu rumah tangga. Ini kemungkinan disebabkan oleh hubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV dan kurangnya intervensi terhadap pencegahan dari penyebab HIV dan AIDS pada ibu rumah tangga. Berbeda dengan upaya pencegahan pada pekerja seks komersial yang lebih digalakkan. Kendala utamanya yang diketahui adalah penolakan untuk menjalani tes HIV/AIDS setelah menikah, terutama pada kebanyakan ibu hamil ataupun yang berencana hamil. Penolakan biasanya terjadi karena merasa malu, tabu, atau merasa baik dirinya maupun pasangannya tidak pernah berhubungan seksual dengan orang lain. Hanya ada kurang dari 10% yang bersedia menjalani tes HIV setelah menikah. 2. Petugas kesehatan Kelompok lainnya yang berisiko tinggi terinfeksi virus penyebab HIV adalah petugas pusat layanan kesehatan, seperti dokter, perawat, petugas laboratorium, hingga petugas pembersih limbah fasilitas kesehatan. Penyebab HIV di institusi medis biasanya berasal dari darah yang terinfeksi. Darah dari pasien yang positif HIV dapat menularkan HIV kepada petugas kesehatan tersebut melalui luka terbuka. Ada beberapa cara virus penyebab HIV dapat ditularkan ke petugas kesehatan, yaitu Jika jarum suntik yang telah dipakai oleh pasien yang terinfeksi virus penyebab HIV tidak sengaja tertancap ke petugas kesehatan disebut juga needle-stick injury Jika darah yang terkontaminasi virus penyebab HIV mengenai membran mukosa seperti misalnya mata, hidung, dan mulut. Jika darah yang terkontaminasi virus penyebab HIV mengenai luka terbuka. Penularan virus penyebab HIV kepada petugas kesehatan dapat dicegah dengan cara Gunakan pelindung diri seperti masker, baju khusus rumah sakit, goggle atau kacamata khusus, dan sarung tangan. Selalu tutup luka terbuka dengan plester atau perban. Selalu berhati-hati jika menangani benda-benda tajam. Buang limbah rumah sakit yang berpotensi mentransfer virus penyebab HIV seperti jarum suntik misalnya ke tempat sampah yang solid atau keras, tidak hanya di dalam plastik saja karena ujung jarum suntik yang tajam bisa saja menyembul keluar. Bersihkan darah yang berceceran sesegera mungkin. Selalu cuci tangan menggunakan cairan pembersih setelah melakukan kontak dengan pasien terutama jika terkena darah pasien. 3. Bayi Ibu hamil yang menderita HIV dapat menularkan virus tersebut kepada bayinya. Virus penyebab HIV dan AIDS ini dapat berpindah ketika bayi masih di dalam janin, ketika proses kelahiran, dan ketika menyusui. Penularan dari ibu ke bayi ini adalah penyebab HIV AIDS yang utama pada anak-anak. Penyebab HIV AIDS yang ditularkan dari ibu ke bayi sebenarnya bisa dicegah, jika Perempuan yang mengidap HIV mendapatkan pengobatan HIV selama kehamilan dan saat proses melahirkan atau secara khusus menjadwalkan kelahiran melalui operasi caesar. Operasi caesar menimalisir penularan virus penyebab HIV seperti kemungkinan cairan-cairan tubuh ibu menginfeksi bayi saat proses kelahiran berlangsung. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita HIV kemudian diberi obat HIV selama 6 minggu setelah lahir dan tidak diberi ASI. Untuk menghindari virus penyebab HIV, ibu yang terinfeksi dianjurkan untuk tidak menyusui bayinya dan mengganti ASI dengan susu formula sebagai salah satu pilihan untuk mencukupi kebutuhan gizi bayi. Obat-obatan HIV mengurangi jumlah virus penyebab HIV dalam tubuh. Berkurangnya jumlah virus penyebab HIV secara langsung dapat menurunkan peluang penularan HIV pada bayi selama di dalam kandungan maupun saat proses kelahiran. Obat-obatan bisa ditransfer melalui plasenta sehingga dapat melindungi bayi dari infeksi virus penyebab HIV.
Beritadan foto terbaru retrovirus - Jenis Retrovirus Pada Penyakit HIV Penyebab AIDS Cara Virus Berkembang Biak Buat Imun Turun. Senin, 25 Juli 2022; Cari. Network. Tribunnews.com; TribunnewsWiki.com; TribunStyle.com; TribunTravel.com; Jenis Retrovirus Pada Penyakit HIV Penyebab AIDS Cara Virus Berkembang Biak Buat Imun Turun
Pengertian HIV dan AIDS HIV Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan. Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal. Penyebab HIV dan AIDS Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi HIV. Faktor Risiko HIV dan AIDS Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis maupun yang sering membuat tato atau melakukan yang terkena infeksi penyakit seksual narkotika yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik. Baca selengkapnya Ketahui, Ini Penyebab Penularan HIV/AIDS pada Anak Gejala HIV dan AIDS Gejala HIV dan AIDS tergantung pada tahap mana orang tersebut terinfeksi. Tahap Pertama Tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi. Tahap Kedua Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama terus menyebar dan merusak sistem kekebalan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang hingga 10 tahun atau lebih. Tahap Ketiga Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi terus-menerus lebih dari sepuluh lelah setiap yang berat dan dalam jangka waktu yang infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan bintik ungu pada kulit yang tidak akan nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis. Diagnosis HIV dan AIDS Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak. Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil sampel darah atau urine pengidap untuk diteliti di laboratorium. Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi HIV, antara lain Tes antibodi Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan. Tes antigen Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari virus HIV, yaitu p24. Tes antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pengidap yang dicurigai terinfeksi HIV. Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV HIV positif, pengidap perlu menjalani tes selanjutnya. Tujuannya untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk selanjutnya diteliti di laboratorium. Tes tersebut, antara lain Hitung sel CD4 CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Jumlah CD4 normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. AIDS terjadi jika hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah. Pemeriksaan viral load HIV RNA Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah kopi per mililiter darah, menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh tetap terjadi. Tes resitensi kekebalan Dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap. Hal ini dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu. Kini kamu bisa melakukan pemeriksaan HIV dari rumah dengan layanan Halodoc Home Lab tersedia di Jabodetabek dan Surabaya atau buat janji pemeriksaan HIV di rumah sakit pilihanmu di Halodoc. Pengobatan HIV dan AIDS Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral ARV. ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine. Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan. Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh. Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap. Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter. Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga dapat menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh untuk mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari. Komplikasi HIV dan AIDS Infeksi HIV melemahkan sistem kekebalan membuat orang yang terinfeksi lebih mungkin untuk mengembangkan banyak infeksi dan jenis kanker tertentu. Komplikasi HIV dan AIDS yang bisa terjadi adalah Pneumocystis Pneumonia PCP Infeksi jamur PCP dapat menyebabkan komplikasi pneumonia parah. Kandidiasis sariawan Kandidiasis adalah komplikasi dari HIV yang dapat menyebabkan peradangan dan memicu pertumbuhan lapisan putih tebal di mulut, lidah, kerongkongan atau vagina. Tuberkulosis TB TB adalah infeksi oportunistik umum yang terkait dengan HIV. Di seluruh dunia, TB adalah penyebab utama kematian di antara orang-orang dengan AIDS. Sitomegalovirus Sistem kekebalan yang sehat dapat menonaktifkan virus, tetapi jika sistem kekebalan melemah, virus bisa muncul kembali dan menyebabkan kerusakan pada mata, saluran pencernaan, paru-paru, atau organ lainnya. Meningitis kriptokokus Meningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang meninges. Meningitis kriptokokus adalah infeksi sistem saraf pusat umum yang terkait dengan HIV, yang disebabkan oleh jamur yang ditemukan di tanah. Toksoplasmosis Infeksi yang berpotensi mematikan ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii, parasit yang disebarkan terutama oleh kucing. Kucing yang terinfeksi menyebarkan parasit di tinja mereka, yang dapat menyebar ke hewan lain dan manusia. Toksoplasmosis dapat menyebabkan penyakit jantung, dan kejang terjadi ketika menyebar ke otak. Limfoma Limfoma adalah komplikasi kanker yang umumnya terjadi sebagai akibat dari HIV/AIDS. Tanda awal paling umum dari kondisi limfoma adalah pembengkakan kelenjar getah bening tanpa rasa sakit di leher, ketiak, atau selangkangan. Sarkoma kaposi Sarkoma kaposi juga tumor yang kerap muncul sebagai komplikasi dari infeksi HIV/AIDS. Sarkoma kaposi dapat memengaruhi organ dalam, termasuk saluran pencernaan dan paru-paru. Kanker terkait HPV Ini adalah kanker yang disebabkan oleh infeksi human papillomavirus HPV dan bisa terjadi pada area anal, mulut, dan serviks. Sindrom wasting HIV/AIDS yang tidak diobati dapat menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan, sering disertai dengan diare, kelemahan kronis dan demam. Komplikasi neurologis HIV/AIDS dapat menyebabkan gejala neurologis seperti kebingungan, pelupa, depresi, kecemasan dan kesulitan berjalan. Gangguan neurokognitif terkait HIV/AIDS berkisar dari gejala ringan perubahan perilaku dan penurunan fungsi mental hingga demensia parah yang menyebabkan kelemahan dan ketidakmampuan untuk berfungsi. Penyakit ginjal Nefropati terkait HIV adalah peradangan pada filter kecil di ginjal yang menghilangkan kelebihan cairan dan limbah dari darah untuk kemudian diteruskan ke urine. Penyakit hati Penyakit hati juga merupakan komplikasi utama dari HIV/AIDS. Baca juga Jangan Keliru, Ketahui Perbedaan HIV dan AIDS Pencegahan HIV dan AIDS Ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS, antara lain Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan berhubungan intim dengan lebih dari satu jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga menjalani tes dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke untuk mengurangi risiko infeksi menduga baru terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Tujuannya agar mendapatkan obat post-exposure prophylaxis PEP yang dikonsumsi selama 28 hari dan terdiri dari 3 obat antiretroviral. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai upaya lanjutan sebagai pencegahan HIV/AIDS, jangan ragu untuk tanyakan langsung melalui chat dokter Halodoc berpengalaman.✔️ Kapan Harus ke Dokter? Bila kamu atau anggota keluarga ada yang mengalami gejala-gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan saran dan penanganan yang tepat. Referensi Diakses pada 2022. What Are HIV and AIDS? Mayo Clinic. Diakses pada 2022. HIV/AIDS Diperbarui pada 11 Mei 2022.
PenyebabHIV dan AIDS. Virus HIV terbagi menjadi dua tipe utama, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Pada 90% kasus, infeksi HIV disebabkan oleh HIV-1. Sementara, HIV-2 diketahui hanya menyerang sebagian kecil orang, khususnya di Afrika Barat. Penularan HIV terjadi saat cairan tubuh penderita (bisa darah, sperma, atau cairan vagina), masuk ke dalam tubuh orang
- Kita sering mendengar tentang HIV/AIDS. Apa perbedaan HIV dan AIDS? Perbedaan HIV dan AIDS HIV adalah singkatan dari human immunodeficiency virus. HIV adalah virus yang menyebabkan penyakit yang menyerang imun tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap penyakit adalah singkatan dari acquired immunodeficiency syndrome. AIDS adalah sekumpulan gejala atau penyakit yang muncul akibat dari tahap lanjut infeksi HIV. Orang dengan AIDS jika tidak segera ditangani bisa berpotensi mengancam jiwa. Penyakit HIV HIV pertama kali ditemukan sekitar tahun 1980-an di New York dan Los Angeles. Dilaporkan terdapat penyakit pada lelaki gay yang jarang ditemukan pada orang dewasa lainnya. HIV adalah retrovirus, yaitu sekelompok kecil virus yang menggunakan RNA sebagai tempat materi genetiknya. Ketika HIV memasuki tubuh seseorang, virus ini membuat RNA yang tadinya rantai tunggal menjadi DNA berantai DNA HIV tersebut memasuki nukleus sel pada tubuh inang, maka sel tersebut akan menjadi pabrik tempat produksi HIV’. HIV secara spesifik menyerang sel darah putih limfosit-T bernama CD4. Sel CD4 berfungsi sebagai sel pembantu untuk mengaktifkan dan mengordinasikan respons imun. Semakin banyak sel CD4 yang diserang oleh HIV, maka tubuh akan kehilangan kemampuannya untuk mengaktifkan imun ketika ada patogen yang masuk ke dalam tubuh. Salah satu akibat yang akan dirasakan oleh penderita penyakit HIV adalah menjadi lebih rentan terkena penyakit. Baca juga Kabar Baik, Vaksin HIV Buatan Oxford Memasuki Uji Coba Klinis Tahap 1 Penyakit AIDS Tidak semua orang yang terinfeksi HIV akan mendapatkan AIDS. Dilansir dari Centers of Disease Control and Prevention CDC, terdapat dua kriteria pasien HIV dapat dikategorikan memiliki AIDS.
l2Ss6. 4adqyf2gk5.pages.dev/5444adqyf2gk5.pages.dev/504adqyf2gk5.pages.dev/2934adqyf2gk5.pages.dev/4964adqyf2gk5.pages.dev/4204adqyf2gk5.pages.dev/5774adqyf2gk5.pages.dev/5354adqyf2gk5.pages.dev/176
hiv penyebab aids termasuk retrovirus sebab virus tersebut