Tasawuf(ٱلتَّصَوُّف) adalah salah satu ilmu penting dalam Islam. Secara umum diartikan sebagai ilmu untuk menyucikan hati, membaguskan akhlak demi memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. Kata tasawuf (tashawwuf) berasal dari kata shuf (wol) dan bentuk fi'il madhi "tashawwafa" berarti memakai kain wol.

Antara Fiqih Dan Tasawuf Antara Fiqih Dan Tasawuf Galih Maulana, Lc Sun 6 August 2017 2147 41705 views Bagikan lewat Menilai tasawuf sebagai sesuatu yang menyimpang bukanlah perkara ringan, apalagi tasawuf sudah ada sejak lama dan tumbuh bersama tumbuhnya fiqih Islam. Bila ada penyimpangan-penyimpangan, itu hanyalah penyimpangan oknum atau sekelompok orang yang menisbatkan diri kepada tasawuf. Penyimpangan suatu kelompok dalam satu gerbong ilmu sudah biasa terjadi, seperti dalam akidah, kita bisa lihat kelompok menyimpang seperti Khowarij dan Mujassimah, dalam fiqih juga, ada yang mutasahil seperti orang-orang liberal ada juga juga yang mutasyadid. Namun yang pasti, tasawuf sudah ada sejak generasi emas umat Islam dan keberadaanya diakui oleh para ulama, bahkan Ibnu Taimiyah w 728 H menulis kitab khusus tentang tasawuf yang beliau namai Fiqh at-Tasawuf. Prinsip dalam beragama Seorang muslim ketika berkomitmen kepada Islam, maka dia akan mengambil seluruh ajaran dan ketentuan yang telah ditetapkan Islam. Mengambil sebagian ketentuan karena sesuai hawa nafsu dan meninggalkan sebagian karena tidak sesuai hawa nafsu adalah perangai buruk dari bangsa Israel dan merupakan sebab kebinasaan. Allah ﷻ berfirman أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ[1] “Apakah kamu berIman kepada sebahagian Al Kitab Taurat dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat” Imam Ahmad w 241 H dalam musnadnya membawakan sebuah hadits مهلا يا قوم، بهذا أهلكت الأمم من قبلكم، باختلافهم على أنبيائهم، وضربهم الكتب بعضها ببعض، إن القرآن لم ينزل يكذب بعضه بعضا، بل يصدق بعضه بعضا، فما عرفتم منه فاعملوا به، وما جهلتم منه فردوه إلى عالمه[2] “Tenanglah wahai kaum, inilah yang telah membinasakan umat-umat sebelum kalian, mereka menentang Nabi yang diutus kepada mereka dan mempertentangkan sebagian Taurot dengan sebagian lainnya. Sesungguhnya al-Qur’an tidaklah diturunkan untuk mendustakan sebagian ayat dengan ayat lainnya, justru membenarkan satu sama lain. Apa yang telah kamu mengerti dari al-Qur’an maka amalkanlah, adapun yang kamu tidak mengeri, tanyakanlah pada orang alim yang mengetahui maksudnya” Penulis sengaja menulis prinsip ini, agar menjadi pengantar untuk pembahasan berikutnya, karena memang yang akan dibahas adalah suatu hadits yang harus dipahami dan diambil maknanya secara keseluruhan. Hadits Jibril as Suatu hari Rosulullah ﷺ duduk bermajelis bersama sahabatnya, tiba-tiba datang seorang yang nampak asing menghampiri majelis beliau, rambutnya sangat hitam, bajunya sangat putih, bersih dan rapih, tidak seperti seorang musafir yang telah melakukan perjalanan panjang. Kemudian orang ini mendekati Rosulullah ﷺ, semakin dekat, sampai-sampai dia menempelkan kedua lututnya kepada lutut Nabi, kemudian meletakkan dua telapak tangannya ke atas dua paha Nabi, kemudian terjadilah tanya Jawab antara mereka berdua يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ الله ِﷺ اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ أَنْ تؤمِنُ بِاللهِ، وَمَلاَئِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآخِرِ، وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ[3] “Wahai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam.” Nabi ﷺ menjawab ”Islam adalah kamu bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan kamu menunaikan haji ke Baitullah, jika kamu mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Kamu benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya. Kemudian ia bertanya lagi “Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab “Iman adalah, kamu berIman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan berIman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”Dia bertanya lagi “Beritahukan kepadaku tentang Ihsan”. Nabi ﷺ menjawab” Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihatNya, kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.” Hadits tersebut adalah hadits yang dikenal dengan sebutan hadits Jibril, hadits yang memiliki kedudukan tinggi dalam Islam, berkata Imam al-Qurthuby w 671 H هذا الحديث يصلح أن يقال له أم السنة لما تضمنه من جمل علم السنة[4] “Hadits ini layak disebut sebagai ummu sunnah,induknya sunah, itu dikarenakan kandunganya yang menghimpun ilmu sunah secara global” Imam Nawawi w 676 H mengomntari hadits ini واعلم أن هذا الحديث يجمع أنواعا من العلوم والمعارف والآداب واللطائف بل هو أصل الإسلام[5] “Dan ketahuiah, bahwa sesunggunya hadits ini menghimpun berbagai macam jenis ilmu, ma’rifah pengetahun, adab dan hal-hal tersirat, bahkan hadits ini merupakan pokok ajaran Islam” Ibnu Daqiq w 702 H berkata هذا حديث عظيم قد اشتمل على جميع وظائف الأعمال الظاهرة والباطنة، وعلوم الشريعة كلها راجعة إليه ومتشعبة منه لما تضمنه من جمعه علم السنة فهو كالأم للسنة كما سميت الفاتحة أم القرآن لما تضمنته من جمعها معاني القرآن[6] “Hadits ini hadits yang agung, mencangkup seluruh fungsi dan kedudukan amal dhohir dan amal batin, semua ilmu tentang syariat Islam merujuk kepada hadits ini dan tercabang daripadanya, itu semua karena hadits ini mengandung ilmu sunah secara keseluruhan, dia seperti induknya sunah sama halnya seperti al-Fatihah yang dinamai induk al-Qur’an, karena kandungannya yang berisi makna-makna al-Qur’an secara keseluruhan” Cukuplah persaksian dan penjelasan ulama-ulama besar yang mengatakan keagungan hadits Jibril ini dan bahwasannya hadits ini memuat ajaran Islam secara menyeluruh atau paling tidak hadits ini sebagai dasar dari semua ajaran Islam yang bercabang-cabang. Dasar Fiqih dan Tasawuf Di akhir hadits Jibril, Nabi menjelaskan kepada Umar dan sahabat lainnya bahwa yang datang ke majelis beliau adalah malaikat Jibril, dia datang untuk mengajarkan agama Islam kepada para Sahabat; فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ “Dia adalah Jibril, datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian agama kalian” Bayangkanlah suatu majelis yang mana pengajarnya adalah Rosulullah dan malaikat Jibril dan pendengarnya adalah para sahabat, sungguh indah dan luar biasa. Mengapa Rosulullah mengatakan bahwa kedatangan malaikat Jibril adalah untuk mengajarkan agama Islam? Itu karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada Rosulullah menghimpun dasar-dasar dan jenis-jenis ilmu yang ada dalam Islam, Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan هو حديث عظيم جدا، يشتمل على شرح الدين كله، ولهذا قال النبي صلى الله عليه وسلم في آخره "هذا جبريل أتاكم يعلمكم دينكم" بعد أن شرح درجة الإسلام، ودرجة الإيمان، ودرجة الإحسان، فجعل ذلك كله دينا[7] “ini adalah hadits yang sangat agung, mencangkup semua penjelasan agama, oleh sebab itu Rosulullah bersabda pada akhir hadits tersebut “Dia adalah Jibril, datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian agama kalian” setelah menjelasakan kedudukan Islam, kedudukan Iman dan kedudukan Ihsan, yang mana itu semua dijadikan sebagai agama” Ibnu Rajab kemudian melanjutkan penjelasannya, bahwa yang dimaksud Islam dalam pertanyaan malaikat Jibril adalah setiap amal anggota tubuh yang dohir tampak baik itu berupa perbuatan atau ucapan. Intinya semua kewajiban berupa amalan dohir yang dibebankan kepada manusia adalah apa yang dimaksud Islam dalam hadits Jibril. Di antara dalil yang menguatkan penjelasan Ibnu Rajab ini adalah sabda Nabi المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده[8] “Seorang muslim adalah ketika kaum muslim selamat dari gangguan lisan dan tangannya” Lihatlah, ketika sesorang mampu menjaga lisan dan tangannya dari menyakiti orang lain maka dia disebut muslim, keIslaman seseorang dikaitkan dengan amal perbuatannya. Agar semua amal perbuatan kita diterima Allah dan menjadi sebab masuk ke dalam jannah, maka dua syarat yang harus dipenuhi, pertama harus diniatkah lillahi ta’ala dan yang kedua harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang sudah digariskan syari’at. Untuk megetahui aturan dan hukum yang berkaitan dengan amal perbuatan munusia yang bersifat dhohir tentu sangat sulit, namun alhamdulillah, ulama terdahulu yang cerdas, yang bertaqwa dan yang ikhlas telah berjuang mencurahkan seluruh waktu, harta dan kemampuannya untuk menyusun sebuah ilmu yang dapat memberi kemudahan bagi kita, orang awam, untuk bisa mempelajari mana yang halal mana yang haram, mana yang boleh dikerjakan mana yang tidak boleh dan sebagainya. Ilmu tersebut adalah ilmu Fiqih. Sebenarnya fiqih sebagai suatu makna tertentu sudah ada sejak dahulu, namun fiqih sebagai suatu disiplin ilmu adalah hal baru hasil kerja keras para ulama. Itu terbukti dari berbedanya definisi fiqih sebagai sebuah kata dalam bahasa Arab dengan definisi fiqih dalam arti sebuah ilmu. Definisi fiqih secara bahasa adalah paham, sebagaImana do’a Nabi Muhammad kepada Ibnu abbas اللّهم علّمه الدين و فقّهه في التأويل[9] “Ya Allah ajarkanlah dia agama dan pahamkan dia takwil-takwilnya” Sedangkan definisi fiqih secara istilah adalah العلم بالأحكام الشرعية العملية المكتسب من أدلتها التفصيلية[10] “Ilmu yang membahas tentang hukum syariat atas perbuatan-perbuatan dhohir, yang digali dari dalil-dalil secara terperinci” Itulah di antara khidmah para ulama dalam mengaplikasikan makna Islam dalam hadits Jibril dalam kehidupan nyata di Dunia ini. Maka sudah selayaknya bagi kita untuk berterima kasih dan menghormati jasa-jasa mereka -rohimahumullah-. Sedangkan di antara upaya kita agar mampu membumikan makna Islam dalam diri kita dengan benar adalah dengan belajar ilmu fiqih. Kemudian Iman ditafsirkan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan perbuatan hati atau amal batin berupa I’tiqod dan keyakinan kita tentang rukun Iman yang enam. Agar keyakinan kita benar, para ulama telah bersusah payah memilah, memilih dan merumuskan semua petunjuk yang mengarahkan kita kepada Iman yang benar, lahirlah apa yang disebut ilmu tauhid atau ilmu akidah. Begitu juga Ihsan, para ulama di antaranya Ibnu Rajab menjelaskan tentang maksud dari Ihsan ini, beliau berkata الإحسان هو أن يعبد المؤمن ربه في الدنيا على وجه الحضور والمراقبة، كأنه يراه بقلبه وينظر إليه في حال عبادته “Ihsan adalah ketika seorang mu’min beribadah kepada Tuhannya di Dunia ini dengan merasakan kehadiran dan pengawasanNya, seolah-olah dia melihat Allah dengan hatinya pada saat dia beribadah” Imam an-Nawawi w 676 H mengatakan فمقصود الكلام الحث على الإخلاص في العبادة ومراقبة العبد ربه تبارك وتعالى في إتمام الخشوع والخضوع “Yang dimaksud dengan ucapan Nabi tentang Ihsan adalah anjuran agar senantiasa ikhlas dalam beribadah serta merasakan pengawasan Allah ﷻ untuk menyempurnakan kekhusyu’an dan ketundukan sepenuhnya kepada Allah” Apabila seseorang telah mampu mencapai keadaan seperti ini, maka bukan tidak mungkin Allah menyingkap sebagiam rahasia atau hakikat yang orang lain tidak tahu. Seperti yang disebutkan dalam hadits mursal berikut ini أن النبي صلى الله عليه وسلم قال له كيف أصبحت يا حارثة؟ قال أصبحت مؤمنا حقا، قال انظر ما تقول، فإن لكل قول حقيقة، قال يا رسول الله، عزفت نفسي عن الدنيا فأسهرت ليلي وأظمأت نهاري، وكأني أنظر إلى عرش ربي بارزا، وكأني أنظر أهل الجنة في الجنة كيف يتزاورون فيها، وكأني أنظر إلى أهل النار كيف يتعاوون فيها. قال أبصرت فالزم، عبد نور الله الإيمان في قلبه[11] “sesungguhnya Nabi ﷺ bertanya kepada haritsah “bagaImana kabarmu pagi ini haritsah?” dia menjawab “pagi ini aku dalam kondisi mu’min hakiki” Nabi bertanya “apa maksud ucapanmu, karena setiap ucapan ada hakikatnya” dia menjawab “aku mencampakkan diriku dari dunia, aku beribadah sepanjang malam dan aku berpuasa sepanjang hari, maka aku seolah dapt melihat Arsy Tuhanku dengan jelas, dan aku seolah melihat ahli surga dalam surga bagaImana mereka saling berkunjung, dan seolah aku melihat ahli neraka dalam neraka bagaImana mereka saling menolong untuk keluar dari neraka” Nabi bersabda “kamu telah melihatnya, maka tetaplah seperti itu, seorang hamba yang telah Allah beri cahaya Iman dalam hatinya” Tersingkap atau tidaknya sebagian hakikat dan rahasia-rahasia Allah itu tidak bisa dideteksi dan dipastikan dengan akal dan panca indra, karena memang itu adalah pengalaman spiritual. Namun orang-orang sholeh nan alim yang telah mencapai derajat Ihsan tersebut menceritakan pengalaman-pengalamannya dan menjelaskan bagaimana cara agar sampai kepada derajat Ihsan tersebut. Namun satu yang pasti, bahwa para ulama yang sholeh yang telah mendapat cinta dari Allah alias menjadi waliyullah, akan mampu merasakan muroqobah pengawasan dari Allah, sehingga semua gerak-gerik tubuh dan hatinya selalu dijaga, adab dan akhlaknya akan menjadi baik dan ibadahnya akan penuh dengan kekhusyuan. Untuk mencapat derajat Ihsan ini tidaklah mudah, selain harus paham syari’at, menjaga kejernihan hati dan akhlak juga menjadi syarat yang harus dipenuhi, namun ternyata, para ulama terdahulu yang telah mencapai keadaan Ihsan ini sudah berupaya mencari, memilih, merenungi dan memahami apa saja yang bisa menghantarkan kita kepada derajat Ihsan, lalu mereka memetakan jalan-jalan menuju Ihsan ini, mereka beri rambu-rambu perjalanan, mereka beri peringatan akan apa saja yang menghalangi kita dalam menuju derajat Ihsan, inilah yang disebut ilmu tasawuf. Sebagaimana salah satu definisi yang dikatakan oleh Ma’ruf al-Karkhi w 200 H التصوف الأخذ بالحقائق واليأس مما في أيدي الخلائق[12] “Tasawuf adalah mencari kebenaran hakiki dan berpaling dari apa yang dimiliki makhluk” Maksudnya adalah hidup dan mati dipesembahkan untuk Allah semata,serta tidak memperdulikan apapun yang ada pada diri manusia, berupa harta, jabatan atau lainnya. Masih banyak lagi definisi tentang tasawuf ini, tidak ada yang baku untuk dijadikan patokan, karena memang definisi itu sendiri lahir dari pengalaman spiritual pribadi setiap ulama yang telah mencapai derajat Ihsan, namun pada intinya, semua definisi itu menggambarkan bagaimana keadaan seseorang agar bisa mencapai derajat Ihsan. Hubungan Fiqih dengan Tasawuf Telah kita bahas semua bahwa fiqih dan tasawuf memiliki dasar yang sama yaitu bertolak dari hadits Jibril, kemudian fungsi dari fiqih dan tasawuf juga sama, yaitu untuk berkhidmah mewujudkan kesempurnaan beragama bagi seorang muslim, fiqih untuk maqom Islam dan tasawuf untuk maqom Ihsan. Namun ada dua hal yang penting untuk dibahas mengenai hubungan antara fiqih dan tasawuf ini, yaitu Islam, Iman dan Ihsan bertingkat-tingkat Hadits ini meski dalam beberapa riwayat memiliki redaksi berbeda, tetapi urutan Islam Iman dan Ihsan adalah yang paling terpilih, kerena adanya at-taroqiy kenaikan tingkat. Ibnu Hajar w 852 H berkata ورجح هذا الطيبي لما فيه من الترقي[13] “Dan imam at-Thibi w 743 H merojihkan urutan ini karena di dalamnya terdapat kenaikan tingkat” Kenapa bisa terjadi kenaikan tingkat, pertama karena setiap mukmin pasti seorang muslim, namun tidak setiap muslim adalah seorang mukmin[14]. Di antara dalilnya adalah Allah ﷻ berfirman قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِن قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِن تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُم مِّنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ [15] “Orang-orang Arab Badui itu berkata "Kami telah berIman". Katakanlah "Kamu belum berIman, tapi katakanlah 'kami telah berIslam tunduk', karena Iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” sabda nabi Muhammad ﷺ yang diriwayatkan Sa’ad bin Abi waqosh أن رسول الله ﷺ أعطى رهطا وسعد جالس فترك رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا هو أعجبهم إلي فقلت يا رسول الله ما لك عن فلان فوالله إني لأراه مؤمنا فقال أو مسلما[16] “Rosulullah ﷺ memberi sesuatu ke beberapa orang ketika itu Sa’ad bin Abi waqosh sedang duduk, namun Rosulullah tidak memberi kepada seorang diantara mereka, padahal dialah yang paling aku kagumi, maka aku bertanya ”wahai Rosulullah, kenapa engkau tidak memberi dia ? demi Allah aku melihat dia sebagai seorang mukmin, kemudian Nabi ﷺ menjawab ”atau seorang muslim” Hadits ini mengisyaratkan bahwa seseorang yang tidak diberi oleh Rosulullah ﷺ itu belum mencapai derajat mukmin sejati, akan tetapi hanya baru sampai pada derajat seorang muslim. Juga sabda Nabi Muhammad ﷺ ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله، وإذا فسدت فسد الجسد كله، ألا وهي القلب . متفق عليه[17] “ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging, apabila segumpal daging tersebut baik, maka baiklah seluruh perbuatan tubuh. Dan apabila segumpal daging itu rusak, maka rusak pulalah seluruh perbuatan tubuh. ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati” Maksudnya adalah apabila hati seorang manusia telah diliputi Iman, secara otomatis akan memerintahkan jasad untuk mengimplementasikan keImanannya dalam kehidupan nyata, maka bergeraklah jasad mengamalkan syari’at Islam dengan totalitas. Namun ada juga orang yang dia memang melakukan amalan-amalan Islam, seperti sholat atau puasa, namun dia melakukannya asal-asalan, bolong-bolong atau malas-malasan, orang seperti tidak bisa dikatakan sebagai mukmin sejati, namun dikatakan dia adalah seorang muslim, karena dia mengamalkan syari’at Islam dan dihatinya masih ada Iman meskipun lemah. Adapun Ihsan, maka dia adalah derajat paling tinggi seorang hamba dalam agama Islam, ini dikarenakan seorang yang telah mencapai tingkat keImanan tinggi, akan tampak baginya hal-hal yang ghoib seperti nyata, tak ada lagi dalam hatinya bimbang dan keraguan, oleh sebab itulah nabi Muhammad ﷺ menyatakan bahwa Ihsan adalah “kamu beribadah kepada Allah seperti kamu melihatNya”, dan derajat Ihsan ini hanya dicapai oleh sedikit dari orang-orang mukmin. Dengan Ihsan inilah seluruh amalan lahir dan amalan batin menjadi sempurna, sebagai konsekuensi dari keyakinan dan kesadaran selalu diawasi oleh Allah ﷻ , akan terjaga seluruh anggota tubuh dari melakukan hal-hal yang buruk, akan terus hadir dalam hatinya kekhusyuan, ikhlas dan rasa takut kepada Allah, akan baik akhlak dan adabnya kepada sesama manusia dan makhluk lainnya, karena dia tahu bahwa itu semua merupakan bentuk ibadah kepada Allah, dan Allah selalu mengawasinya. Islam, Iman dan Ihsan tidak bisa terpisah, semuanya satu kesatuan yang disebut agama Meskipun disebut bertingkat-tingkat namun bukan berarti maknanya adalah mengerjakan satu dulu kemudian berpindah ke level berikutnya. Yang dimaksud tingkatan disini adalah tingkatan keimanan, yang tadinya lemah, mengerjakan ibadah tidak optimal, masih suka bermaksiat, sampai pada tingkat keimanan tinggi, yang mana mampu merasakan muroqobatullah. Sebagai contoh, saat orang imannya masih lemah, dia mengerjakan sholat, namun sholatnya tidak khusyu, tidak menjaga adab-adab dan sebagainya. Beda dengan orang yang sudah mencapai derajat ihsan, ketika dia sholat, hatinya khusyu, adab-adab dan sunah-sunahnya dijaga, serta sholatnya akan membentengi dia dari maksiat. Hal inilah yang sangat sulit dilakukan oleh kebanyakan kita, karena dalam prakteknya, meskipun kita mengerjakan suatu ibadah lengkap dengan semua rukun dan sunahnya, tetapi belum tentu mampu menghadirkan hati sepenuhnya untuk tunduk dan merendahkan diri di hadapan Allah, mungkin saja raga kita melaksakan sholat tetapi hati kita sibuk bersama dunia. Begitu juga dalam bermuamalah dengan manusia dan alam, mungkin kita berakhlak baik hanya ketika ada kepentingan, mungkin kita berakhlak baik hanya kepada golongan kita saja dan seterusnya. Padahal berakhlak baik adalah jenis ibadah juga, Rosulullah ﷺ bersabda مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ[18] “Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara keji lagi kotor” Inilah salah satu pentingnya belajar tasawuf di samping belajar fiqih, من تصوف ولم يتفقه فقد تزندق ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسّق ومن جمع بينهما فقد تحقق[19] “Barangsiapa bertasawuf tanpa fiqih maka akan menjadi zindiq, barangsiapa berfiqih tanpa tasawuf maka akanmenjadi fasiq, dan barangsiapa mengamalkan keduanya maka akan mencapai hakikat” Meski penisbatan ucapan ini kepada imam Malik w 179 H masih diperbincangkan, namun maknanya memang benar adanya, ketika orang bertasawuf namun tidak mempunyai pengetahuan tentang fiqih akan menjadi zindiq, dia seenaknya meninggalkan sholat karena merasa sudah dekat dengan Allah, begitu juga orang yang tau fiqih namun tidak bertasawuf, dia akan bermudah-mudahan dalam menjalankan syari’at, sholat asal-asalan yang penting sah,ah ini kan halal dalam madzhab Maliki, ah ini kan boleh dalam madzhab Hanafi dan sebagianya. Intinya Islam, Iman dan Ihsan adala satu kesatuan yang dinamakan agama Islam, semuanya berjalan bersama beriringan, barangsipa memisahkannya maka telah berkurang sebagian dari agama. [1] QS al-Baqoroh ayat 85 [2] HR. Ahmad [3] HR. Muslim [4] Fath al-Bari li Ibn Hajr 125/1 [5] Syarh an-Nawawi ala Shohih Muslim 160/1 [6] Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah li Ibni Daqiq al-Id hal. 29 [7] Jami’ al-Ulum wa al-Hikam, hal. 97 [8] Muttafaq alaihi [9] Muttafaq alaih [10] Definisi menurut Tajudin as-Subki, kitab jam’u al-jawami’ 1/42 [11] Jami’ al-Ulum wa al-Hikam li Ibni Rajab, hal. 127. Hadits mursal namun memiliki 49 syawahid. [12] Awafif al-Ma’arif, hal. 62 [13] Fath al-Bari 117/1 [14] Fathul bari 1/117, Syarah al-Arba’in an-Nawawiyah Jami’ al-Ulum wa al-Hikam 1/86-87 [15] QS al-Hujarot ayat 14 [16] HR. Bukhori [17] Muttafaq alaihi [18] HR. At-Tirmidzi [19] Hasiyah al-Adawi ala’ syarh al-Imam az-Zarqoni ala’ matn al-Aziyah fi al-Fiqh al-Maliki 195/3 Baca Lainnya more...

Liputan6com, Jakarta Apa itu tasawuf mungkin masih belum dipahami semua umat muslim. Hal ini tentunya harus dihindari, karena tasawuf merupakan salah satu bagian dari ilmu Islam yang sangat penting dimengerti. Seperti diketahui, dalam Islam ada tiga ilmu dasar yang harus dipahami umat muslim. Ilmu ini adalah ilmu tauhid, fiqih, dan tasawuf. Tasawuf adalah perwujudan dari ihsan dalam syariat Ada sebagian umat Islam yang takut membicarakan tasawuf. Dalam bayangan banyak orang, Tasawuf ini adalah ilmu yang sering dikaitkan dengan kegilaan jika seseorang tidak kuat menjalaninya. Padahal tidak demikian adanya, hal ini didasarkan pada sebagai tokoh yang menjalankan hidup menjadi seorang tasawuf. Tasawuf kerap diartikan sebagai hal yang dikaitkan dengan sufisme. Sufisme sendiri cenderung lebih dikenal dengan hal-hal yang berbau anti modern dan terkesan kuno. Pemahaman semacam itu ada benarnya, sebab sufisme atau Tasawuf cenderung meninggalkan kemodernan jika itu bertentangan dengan hal yang bisa dibenarkan. Pengertian Tasawuf Tasawuf dalam kaitan kebahasaan bisa diartikan dengan serambi. Ini karena ada satu pendapat yang mengatakan istilah Tasawuf berasal dari kata Shuffah. Zaman dulu, banyak sahabat yang mondok pada Nabi. Tetapi mereka bukan tinggal di asrama, melainkan tinggal di serambi masjid. Merekalah yang disebut sebagai Ahlussuffah. Dari situ kemudian Tasawuf dikaitkan dengan kebiasaan para Ahlussuffah tersebut. Ada lagi yang berpendapat asal istilah Tasawuf dari kata Shaf yang bermakna barisan. Alasannya, ahli Tasawuf lah yang menjadi barisan paling depan dalam hal ibadah atau hal lain yang baik. Namun begitu, ada juga yang berpendapat asal istilah Tasawuf dari kata Shafa. Shafa merupakan salah satu kayu yang bisa bertahan di tengah tandus gurun pasir. Dan demikian lah perumpamaan keteguhan iman ahli Tasawuf. Dari semua pendapat muasal istilah Tasawuf, pendapat yang paling banyak dipahami justru adalah, kata Shuf atau bulu domba asal istilah Tasawuf. Alasannya, salah satu kebiasaan ahli Tasawuf zaman dahulu adalah menggunakan pakaian dari bulu domba. Pakaian itu adalah pakaian sederhana yang jauh dari mewah. Bahkan pakaian tersebut terasa kasar bila digunakan. Lantas bagaimana sebenarnya definisi istilah Tasawuf? Menurut Imam Junaid, seorang sufi dari Baghdad, Tasawuf merupakan sikap yang mau mengambil mulia serta meninggalkan hal yang rendah atau merendahkan. Pendapat lain disampaikan oleh Syeikh Ahmaz Zorruq dari Maroko, terkait definisi Tasawuf. Menurutnya, Tasawuf adalah bidang ilmu tentang perbaikan hati yang dilakukan murni karena Allah, dengan menggunakan pengetahuan tentang jalan keislaman. Pengetahuan itu pun bukan hanya terbatas pada fiqhiyyah saja, tetapi melingkupi ilmu yang berkaitan dengan amalan dan ketauhidan. Dari definisi yang sudah disebutkan di atas, sebenarnya masih ada cukup banyak definisi dari ulama-ulama ahli Tasawuf yang lain. Namun, definisi yang ditulis di atas sudah cukup bisa mewakili definisi-definisi lain meski dengan susunan kata berbeda. Hekekat Tasawuf Jika diambil inti sari, Tasawuf merupakan bentuk keilmuan yang mempelajari tentang bagaimana membersihkan hati. Tentu bukan dari kotoran yang tampak oleh mata, melainkan dari kotoran-kotoran hati yang menjadi bawaan nafsu buruk. Pada akhirnya, bersih hati ini akan membawa seseorang semakin dekat dengan Pencipta. Dan hidupnya benar-benar ditujukan untuk Allah saja. Tentu saja ini bukan hal yang mudah, apalagi jika disamakan dengan membalik tangan. Sebab, kadang-kadang, setelah seseorang mempelajari ilmu Tasawuf, orang tersebut tidak cukup mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan. Kadang bukan membersihkan, namun hanya mampu mengedentisifikasi. Secara, hal ini sudah cukup baik. Sebab dengan hasil identifikasi sikap dan perbuatan, seseorang sudah memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri. Dia juga berkesempatan untuk menjadikan perbuatan baiknya lebih berkualitas. Berbeda dengan orang yang tidak tahu sama sekali. Orang yang tidak tahu atau tidak pernah mengidentifikasi perbuatan, akan menganggap perbuatan baiknya adalah baik. Padahal tidak semua perbuatan baik selalu baik. Apa maksud perbuatan baik tidak selalu baik? Dalam ilmu Tasawuf perbuatan baik selalu memiliki ruh. Ruh itu adalah keikhlasan. Keikhlasan sendiri adalah pemurnian amal tanpa ada sifat buruk yang menyertainya. Seringkali hal yang terlihat sebagai amal dunia adalah amal akhirat. Begitu pun sebaliknya. Hal-hal yang ada di dalam Tasawuf tidak ada satu pun yang bertentangan dengan al Quran atau pun Hadits. Tasawuf adalah jalan, sedang dua hal itu, Quran dan Hadits adalah petunjuk. Tentu saja, jalan kebaikan apapun tidak boleh lepas dari petunjuk. Di dalam al Quran, ada beberapa ayat yang biasa dikaitkan dengan sufi atau Tasawuf, Ayat-ayat tersebut adalah وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ [البقرة/115] Titik inti dari ayat tersebut adalah di mana pun atau ke arah manapun orang menghadap, maka di situlah dia bisa menghadap Allah. Tentu saja ini kaitannya dengan ketauhidan dan bagaimana seseorang memposisikan diri sebagai hamba bagi Allah. Ada lagi ayat وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ [البقرة/186] Secara inti, isi ayat tersebut adalah jarak Allah dan hamba-Nya itu dekat. Allah akan mengabulkan doa hamba yang mau berdoa. Hubungan kedekatan antara Allah dan hamba-Nya dalam ayat ini yang menjadi fokus pembahasan ilmu Tasawuf. Ada juga ayat tentang Tasawuf yang berbunyi وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ [ق/16] Ayat tersebut memberitahukan, bahwa kedekatan Allah dengan hamba-Nya bahkan lebih dekat dari urat leher. Allah juga mengetahui dengan jelas apa yang menjadi gerak hati hamba-Nya. Ayat yang lain lagi adalah فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آَتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا [الكهف/65] Ayat tersebut adalah ayat yang menceritakan tentang Nabi Musa saat mencari Nabi Khidir. Nabi Khidir lah yang disebut dalam ayat tersebut memiliki ilmu yang telah Allah ajarkan. Ilmu itu adalah ilmu yang tidak dimiliki oleh Nabi Musa. Dan itu sebabnya, Allah meminta Nabi Musa berguru kepada Nabi Khidir. Tujuan Tasawuf Tujuan adanya tasawuf, antara lain; Pendekatan Pemurnian. Tasawuf akan mendekatkan seseorang terhadap Allah. Tasawuf juga yang akan memurnikan perbuatan-perbuatan seseorang. Dengan begitu, seluruh kebaikan yang dilakukannya hanya tertuju dan terkhusus untuk Allah saja. Akhirnya, hasil yang didapat adalah kedekatan hamba dengan tuhannya. Jika ada pendapat yang mengatakan tujuan Tasawuf adalah untuk memperbaiki akhlak dan ibadah, maka pendapat tersebut tidak salah. Sebab, Tasawuf erat kaitannya dengan akhlak dan ibadah. Baik akhlak, ibadah, atau pun Tasawuf sendiri memiliki tujuan dan hasil akhir yang sama Allah. Fungsi Tasawuf dan Contohnya Tasawuf merupakan latihan dan cara untuk membersihkan diri terutama hati. Maka di dalam Tasawuf diajarkan bagaimana menghilangkan mengenali sifat-sifat buruk yang sering menciderai perbuatan baik. Jika dalam kaca mata umum perbuatan baik adalah perbuatan baik saja, dalam Tasawuf perbuatan baik masih dipilah antara yang ikhlas dan yang tidak. Perkara membuat ikhlas tersebut adalah tugas Tasawuf. Lantas, bagaimana jelasnya fungsi dari Tasawuf? Fungsi Tasawuf adalah satu membentuk jalan agar manusia dekat dengan tuhannya. Bagaimana caranya? Dengan membahas banyak hal terkait bisikan hati dan perubahan-perubahan di dalamnya. Selain itu, ilmu Tasawuf juga akan mengupas tentang ibadah yang murni karena Allah. Seperti yang sudah ditulis di atas, ibadah atau perbuatan ada yang murni dan ada yang tidak. Seperti apa ibadah yang murni, Tasawuf yang akan membahasnya. Tasawuf juga akan mengidentifikasi sifat-sifat buruk manusia yang sering menciderai ibadah. Dalam tataran Fiqih misalnya, harta yang wajib dizakati memiliki syarat-syarat tertentu. Salah satu syaratnya adalah sudah haul atau sudah satu tahun. Dan bisa saja, orang yang tidak mempelajari Tasawuf akan berbuat sesuatu yang membuat syarat zakat tersebut tidak cukup. Dalam masalah ini, fiqih menghukumi tidak wajib zakat. Namun secara Tasawuf, orang yang berbuat demikian termasuk orang yang tidak berakhlak. Biasanya dalam Tasawuf, materi yang selalu dibahas adalah terkait taubat, wara’ atau menjaga diri dari hal-hal subhat, zuhud, sabar, juga ridho. Tentang ibadah-ibadah yang sifatnya sunnah juga banyak dibahas dalam ilmu-ilmu Tasawuf, bahkan ibadah sunnah yang biasanya tidak disinggung oleh Fiqih. Di sinilah asyiknya mempelajari Tasawuf. Asyik dan penting. Sebab, mendekatkan diri kepada allah tidak cukup hanya dengan beribadah sunnah ala fiqhiyyah, tetapi juga harus ditambah dengan banyak ibadah sunnah. Ibadah wajib merupakan kewajiban, tambahannya adalah ibadah sunnah. Demikianlah serangkaian bentuk penjelasan tentang pengertian tasawuf, hekekat, tujuan, fungsi, dan contohnya yang bisa kami berikan. Semoga melalui materi ini bisa memberikan wawasan dan menambah pengetahuan bagi segenap pembaca sekalian. Trimakasih, Tasawufdan fiqh adalah disiplin ilmu yang saling menyempurnakan. Jika terjadi pertentangan diantar keduanya, berarti terjadi kesalahan dan penyimpangan. Maksudnya, boleh jadi seorang sufi berjalan tanpa fiqh atau menjauhi fiqh. Dengan kata lain, seorang ahli fiqh tidak mengamalkan ilmunya.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. A. Hubungan Ilmu Fiqih dengan Ilmu TasawufMenurut bahasa kata Tasawuf berasal dari bahasa arab yang terdiri dari beberapa kata yaitu Suf yang artinya wol karena merujuk pada pakaian sufi pada zaman itu yang terbuat dari wol. Para Sufi menyukai pakaian yang terbuat dari bahan yang kasar sehingga dapat menutupi ketelanjangan badannya. Hal ini dilakukan sebagai wujud dari Taubat. Secara terminologi Tasawuf adalah Ilmu untuk mengetahui bagaimana seseorang dapat mensucikan jiwa mereka agar memperoleh kebahagiaan dan ketenangan yang abadi karena para sufi takut akan neraka Allah. Abu al-Hasan asy-Syadzili 1258 M mengartikan bahwa tasawuf adalah praktik-praktik ibadah untuk memperoleh amalan dan pelatihan diri untuk mengembalikan diri kepada Allah SWT. Fiqih hanya membahas kerangka dalam suatu ibadah, jika sudah menyangkut terhadap niat atau keikhlasan dalam beribadah itu adalah pembahasan ilmu tasawuf. Maka dari itu fiqih dan tasawuf sangat erat kaitannya. Imam Malik pernah berkata "barang siapa yang mempelajari fiqih tanpa bertasawuf maka ia fasik. Dan barangsiapa yang bertasawuf namun belum mendalami fiqih maka ia zindiq. Dan barang siapa yang melakukannya berarti ia melakukan kebenaran". Baca juga Nilai Tasawuf untuk Menjadi Orang yang Berintegritas Kontribusinya dalam Menghadapi Masalah ModernTasawuf dapat menjawab kegelisahan umat muslim dalam beribadah. Tasawuf dapat memberikan nuansa kebatinan yang dapat membangkitkan suasana batin untuk menyampaikan kepada Allah SWT secara naluriah. Karena sejatinya, dalam Islam semua aktivitas yang dilakukan oleh umat Islam dengan niat lillahitaala adalah suatu ibadah, dan sufi mengabdikan dirinya kepada Allah SWT dan melaksanakannya secara khusyu, tulus, dan Hubungan Ilmu Fiqih dengan Ilmu Kalam Secara etimologi Ilmu Kalam artinya adalah ucapan atau percakapan sedangkan secara terminologi Ilmu kalam adalah Ilmu yang menjelaskan tentang wujud Allah, sifat wajib dan mustahil yang dimiliki Allah SWT dan Rasul-Rasulnya. Menurut Musthafa Abdul Raziq Ilmu kalam adalah Ilmu yang berkaitan dengan akidah imani yang dibangun atas pendapat rasional namun bertolak atas bantuan nalar atau akal. Terdapat 4 Ruang Lingkup Ilmu Kalam yaitu 1 Ilahiyyah yang membahas tentang hal-hal yang bersifat ketuhanan Sifat-sifat Allah, 2 Nubuwwah, Nubuwwah membahas tentang hubungan manusia dengan Allah, aspek yang dibahas adalah Malaikat, Wahyu Allah, Rasul Allah. 3 Ruhiyyah, yang membahas tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan alam ghaib seperti jin dan malaikat. 4 Sam'iyyah, yang membahas tentang permasalahan kehidupan setelah kematian seperti Hari kebangkitan, Hari perhitungan, Shiratal Mustakim, Hari pembalasan. Menurut Abu Hanifah, hubungan antara Ilmu kalam dengan Ilmu Fiqih adalah jika Ilmu kalam membahas tentang dasar-dasar dan pokok-pokok Islam, dengan pandangan yang luas dan menyikapi dengan toleran, keyakinan mendalam berdasarkan landasan yang kuat, sedangkan fiqih pembahasannya lebih detail dan rinci. Aliran-aliran teologi dalam Islam adalah hasil dari akal pikiran yang berpedoman terhadap Al-Quran dan Hadist. Perbedaannya hanya terletak pada kekuatan akal ketika memahami teks Al-Quran dan Hadist. Terdapat teolog yang memberikan interpretasi yang liberal terhadap Al-Quran dinamakan Teolog Liberal. 1 2 Lihat Filsafat Selengkapnya
Secarasyariat, umat Islam perlu mempelajari dasar-dasar ilmu tauhid atau ilmu kalam sebagai landasan dari bangunan keseluruhan keberagamaan mereka. Artinya, "Kewajiban awal bagi manusia adalah makrifatul ilah atau mengenal tuhan dengan yakin," (Ibnu Ruslan, Zubad ). Syekh Ibrahim Al-Baijuri mengemukakan pentingnya pelajaran ilmu kalam.
Jakarta Tasawuf adalah bagian dari ilmu Islam yang penting. Dalam Islam, ada tiga ilmu dasar yang harus dipahami umatnya. Ilmu ini adalah ilmu tauhid, fiqih, dan tasawuf. Tasawuf adalah perwujudan dari ihsan dalam syariat Islam. Tasawuf adalah ilmu yang berfokus pada membangun diri untuk menjauhi hal duniawi. Tasawuf adalah ilmu yang memiliki berbagai versi asal sejarahnya. Beberapa pendapat mengungkapkan tasawuf adalah ilmu yang lahir di luar Islam. 60 Kata Mutiara Islam Tentang Kehidupan Dunia, Jadikan Panutan 4 Macam-Macam Kalimat Tauhid yang Memahamkan Perwujudan Allah SWT Arti Surat Al Ashr, Makna dan Pembahasan Lengkapnya Sebagai umat Islam, tasawuf adalah ilmu yang penting diketahui. Tasawuf adalah salah satu ilmu yang mengajarkan tentang upaya untuk tetap hidup sederhana, jauh dari hal-hal duniawi. Berikut ulasan tentang tasawuf yang berhasil rangkum Kamis3/12/2020.Pengertian tasawufIlustrasi berdoa sumber iStockTasawuf atau yang juga dikenal dengan sufisme adalah ajaran bagaimana menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian abadi. Tasawuf berasal dari kata sufi. Menurut Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat dari Jurusan Tafsi Hadis dan Akidah Filsafat IAIN Surakarta, dalam TASAWUF Sejarah, Madzhab, dan Inti Ajarannya, ada sejumlah versi berbeda dalam mengartikan apa itu sufi atau tasawuf. Setidaknya ada ada enam pendapat dalam hal itu, yakni 1. kata suffah yang berarti emperan masjid Nabawi yang didiami oleh sebagian sahabat Anshar. Hal ini karena amaliah ahli tasawuf hampir sama dengan apa yang diamalkan oleh para sahabat tersebut, yakni mendekatkan diri kepada Allah Swt., dan hidup dalam kesederhanaan. 2. kata Shaf yang berarti barisan. Istilah ini dianggap oleh sebagian ahli sebagai akar kata tasawuf karena ahli tasawuf adalah seorang atau sekelompok orang yang membersihkan hati, sehingga mereka diharapkan berada pada barisan shaf pertama di sisi Allah Swt. 3. kata shafa yang berarti bersih, karena ahli tasawuf berusaha untuk membersihkan jiwa mereka guna mendekatkan diri kepada Allah Swt. 4. kata shufanah, nama sebuah kayu yang bertahan tumbuh di padang pasir. Hal ini karena ajaran tasawuf mampu bertahan dalam situasi yang penuh pergolakan ketika itu, ketika umat muslim terbuai oleh materialisme dan kekuasaan, sebagaimana kayu shufanah yang tahan hidup ditengah-tengah padang pasir yang tandus. 5. Kata Teoshofi, bahasa Yunani yang berarti ilmu ketuhanan, karena tasawuf banyak membahas tentang ketuhanan. 6. Kata shuf yang berarti bulu domba, karena para ahli tasawuf pada masa awal memakai pakaian sederhana yang terbuat dari kulit atau bulu domba wol. Meski punya definisi beragam, tasawuf punya arti yang satu yaitu upaya untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan menjauhi hal-hal yang bersifat duniawi. Masih dalam sumber yang sama, tasawuf dapat diartikan sebagai metode untuk mencapai kedekatan atau penyatuan antara hamba dan Tuhan dan juga untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan hakiki mak‟rifat dan atau inti rasa munculnya tasawufIlustrasi berdoa sumber iStockAda beberapa versi munculnya ilmu tasawuf. Ada yang percaya bahwa tasawuf sudah ada sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi rasul. Ada pula yang meyakini tasawuf muncul setelah kerasulan Nabi. Tasawuf muncul sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi rasul Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakan paham yang sudah berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah. Ini berasal dari orang-orang dari daerah Irak dan Iran yang baru masuk Islam sekitar abad ke-8 M. Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan. Tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW Sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa asal usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW. Berasal dari kata "beranda" suffa, dan pelakunya disebut dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan diatas. Mereka dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad. Tasawuf muncul setelah zaman Nabi Muhammad SAW Pendapat lain menyebutkan tasawuf muncul ketika pertikaian antar umat Islam pada zaman Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khususnya karena faktor politik. Pertikaian antar umat Islam karena karena faktor politik dan perebutan kekuasaan ini terus berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan Ali. Munculah masyarakat yang bereaksi terhadap hal ini. Mereka menganggap bahwa politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka melakukan gerakan uzlah, yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi. Lalu munculah gerakan tasawuf yang di pelopori oleh Hasan Al-Bashiri pada abad kedua tasawufIlustrasi Membaca Doa Credit membantu seseorang untuk tetap berada di jalan Allah SWT. Dengan tasawuf seseorang tidak berlebihan dalam hal duniawi dan tetap fokus pada iman dan takwa. Ada beberapa prinsip yang bisa dilakukan dalam ber-tasawuf. Menurut ahli sufi, Profesor Angha dalam The Hidden Angels of Life, prinsip tasawuf yang bisa dilakukan adalah Zikir Zikir adalah proses pemurnian hati, pembersihan dan pelepasan. Orang-orang yang melakukan zikir bertujuan mendekatkan diri pada Tuhan melalui doa dan melantunkan lafaz zikir. Fikr Meditasi Saat pikiran bingung atau bertanya-tanya, pusatkan perhatian ke dalam diri dengan berkonsesntrasi di satu titik. Meditasi yaitu perjalanan kegiatan mental dari dunia eksternal menuju esensi diri. Sahr Bangkit Membangkitkan jiwa dan tubuh sebagai proses mengembangkan kesadaran maata dan telinga. Selain itu juga sebagai proses mendengarkan hati, dan proses meraih akses menuju potensi diri yang tersembunyi. Ju'i Merasa Lapar Merasakan lapar hati dan pikiran untuk bertahan mencari dan mendapatkan suatu kebenaran. Proses ini melibatkan hasrat dan keinginan yang mendalam untuk tetap tabah dan sabar mencari jati diri. Shumt Menikmati Keheningan Berhenti berpikir dan mengatakan hal yang tidak perlu. Kedua ini merupakan proses menenangkan lidah dan otak serta mengalihkan dari godaan eksternal menuju Tuhan. Shawm Puasa Tidak hanya tubuh yang berpuasa melainkan pikiran juga. Proses ini termasuk puasa fisik, bermanfaat untuk melepaskan diri dari hasrat dan keinginan otak serta pandangan atau persepsi indera eskternal. Khalwat Bersunyi Sendiri Berdoa dalam kesunyian, baik secara eksternal maupun internal dan melepaskan diri. Bersunyi sendiri tetap bisa juga dekat dengan orang lain atau di tengah orang banyak. Khidmat Melayani Menyatu dengan kebenaran Tuhan. Seseorang menemukan jalan jiwa untuk pelayanan dan pertumbuhan diri. * Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
PENGENALAN Dalam Islam ilmu yang wajib dipelajari ada tiga: Ilmu Usuluddin (Tauhid) = Iman. Ilmu Fiqh (Perundangan) = Islam. Ilmu Tasawuf (Akhlak) = Ihsan. Ketiga-tiga ilmu ini tidak boleh dipisah-pisahkan di antara satu dengan lain. Sesiapa yang meninggalkan satu diantaranya, maka tidak sempurna ilmunya bahkan amal ibadahnya.
Jakarta Sebagai umat muslim, kamu perlu mengenal istilah tasawuf. Tasawuf adalah bagian dari ilmu Islam yang penting. Dalam Islam, ada tiga ilmu dasar yang harus dipahami umatnya. Ilmu ini adalah ilmu tauhid, fiqih, dan tasawuf. Tasawuf adalah perwujudan dari ihsan dalam syariat Islam. Tasawuf adalah ilmu yang berfokus pada membangun diri untuk menjauhi hal duniawi. Tasawuf adalah ilmu yang memiliki berbagai versi asal sejarahnya. Beberapa pendapat mengungkapkan tasawuf adalah ilmu yang lahir di luar Islam. Sebagai umat Islam, tasawuf adalah ilmu yang penting diketahui. Tasawuf adalah salah satu ilmu yang mengajarkan tentang upaya untuk tetap hidup sederhana, jauh dari hal-hal duniawi. Tasawuf juga bisa diartikan sebagai proses manusia dalam berhijrah menuju kebaikan. Untuk lebih jelasnya, kali ini akan mengulas seara rinci mengenai tasawuf sebagai ilmu dasar yang penting dalam Islam. Dilansir dari simak ulasan selengkapnya berikut TasawufIlustrasi Sikap Tasawuf Credit atau yang juga dikenal dengan sufisme adalah ajaran bagaimana menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian abadi. Tasawuf berasal dari kata sufi. Menurut Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat dari Jurusan Tafsi Hadis dan Akidah Filsafat IAIN Surakarta, dalam TASAWUF Sejarah, Madzhab, dan Inti Ajarannya, ada sejumlah versi berbeda dalam mengartikan apa itu sufi atau tasawuf. Setidaknya ada ada enam pendapat dalam hal itu, yakni kata suffah yang berarti emperan masjid Nabawi yang didiami oleh sebagian sahabat Anshar. Hal ini karena amaliah ahli tasawuf hampir sama dengan apa yang diamalkan oleh para sahabat tersebut, yakni mendekatkan diri kepada Allah Swt., dan hidup dalam kesederhanaan. kata Shaf yang berarti barisan. Istilah ini dianggap oleh sebagian ahli sebagai akar kata tasawuf karena ahli tasawuf adalah seorang atau sekelompok orang yang membersihkan hati, sehingga mereka diharapkan berada pada barisan shaf pertama di sisi Allah Swt. kata shafa yang berarti bersih, karena ahli tasawuf berusaha untuk membersihkan jiwa mereka guna mendekatkan diri kepada Allah Swt. kata shufanah, nama sebuah kayu yang bertahan tumbuh di padang pasir. Hal ini karena ajaran tasawuf mampu bertahan dalam situasi yang penuh pergolakan ketika itu, ketika umat muslim terbuai oleh materialisme dan kekuasaan, sebagaimana kayu shufanah yang tahan hidup ditengah-tengah padang pasir yang tandus. Kata Teoshofi, bahasa Yunani yang berarti ilmu ketuhanan, karena tasawuf banyak membahas tentang ketuhanan. Kata shuf yang berarti bulu domba, karena para ahli tasawuf pada masa awal memakai pakaian sederhana yang terbuat dari kulit atau bulu domba wol. Meski punya definisi beragam, tasawuf punya arti yang satu yaitu upaya untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan menjauhi hal-hal yang bersifat duniawi. Masih dalam sumber yang sama, tasawuf dapat diartikan sebagai metode untuk mencapai kedekatan atau penyatuan antara hamba dan Tuhan dan juga untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan hakiki mak‟rifat dan atau inti rasa Sikap Tasawuf Credit beberapa versi munculnya ilmu tasawuf. Ada yang percaya bahwa tasawuf sudah ada sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi rasul. Ada pula yang meyakini tasawuf muncul setelah kerasulan Nabi. Tasawuf muncul sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi rasul Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakan paham yang sudah berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah. Ini berasal dari orang-orang dari daerah Irak dan Iran yang baru masuk Islam sekitar abad ke-8 M. Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan. Tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW Sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa asal usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW. Berasal dari kata "beranda" suffa, dan pelakunya disebut dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan diatas. Mereka dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad. Tasawuf muncul setelah zaman Nabi Muhammad SAW Pendapat lain menyebutkan tasawuf muncul ketika pertikaian antar umat Islam pada zaman Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khususnya karena faktor politik. Pertikaian antar umat Islam karena karena faktor politik dan perebutan kekuasaan ini terus berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan Ali. Munculah masyarakat yang bereaksi terhadap hal ini. Mereka menganggap bahwa politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka melakukan gerakan uzlah, yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi. Lalu munculah gerakan tasawuf yang di pelopori oleh Hasan Al-Bashiri pada abad kedua TasawufIlustrasi Sikap Tasawuf Credit membantu seseorang untuk tetap berada di jalan Allah SWT. Dengan tasawuf seseorang tidak berlebihan dalam hal duniawi dan tetap fokus pada iman dan takwa. Ada beberapa prinsip yang bisa dilakukan dalam ber-tasawuf. Menurut ahli sufi, Profesor Angha dalam The Hidden Angels of Life, prinsip tasawuf yang bisa dilakukan adalah Zikir Zikir adalah proses pemurnian hati, pembersihan dan pelepasan. Orang-orang yang melakukan zikir bertujuan mendekatkan diri pada Tuhan melalui doa dan melantunkan lafaz zikir. Fikr Meditasi Saat pikiran bingung atau bertanya-tanya, pusatkan perhatian ke dalam diri dengan berkonsesntrasi di satu titik. Meditasi yaitu perjalanan kegiatan mental dari dunia eksternal menuju esensi diri. Sahr Bangkit Membangkitkan jiwa dan tubuh sebagai proses mengembangkan kesadaran maata dan telinga. Selain itu juga sebagai proses mendengarkan hati, dan proses meraih akses menuju potensi diri yang tersembunyi. Ju'i Merasa Lapar Merasakan lapar hati dan pikiran untuk bertahan mencari dan mendapatkan suatu kebenaran. Proses ini melibatkan hasrat dan keinginan yang mendalam untuk tetap tabah dan sabar mencari jati diri. Shumt Menikmati Keheningan Berhenti berpikir dan mengatakan hal yang tidak perlu. Kedua ini merupakan proses menenangkan lidah dan otak serta mengalihkan dari godaan eksternal menuju Tuhan. Shawm Puasa Tidak hanya tubuh yang berpuasa melainkan pikiran juga. Proses ini termasuk puasa fisik, bermanfaat untuk melepaskan diri dari hasrat dan keinginan otak serta pandangan atau persepsi indera eskternal. Khalwat Bersunyi Sendiri Berdoa dalam kesunyian, baik secara eksternal maupun internal dan melepaskan diri. Bersunyi sendiri tetap bisa juga dekat dengan orang lain atau di tengah orang banyak. Khidmat Melayani Menyatu dengan kebenaran Tuhan. Seseorang menemukan jalan jiwa untuk pelayanan dan pertumbuhan diri. Iamengakui, bahwa sekolah pada abad ke-6 H, filsafat telah bercampur dengan ilmu kalam, sampai yang terakhir ini telah menelan filsafat sedemikian rupa dan memasukkannya di dalam kitab-kitabnya. Sehingga kitab-kitab tauhid yang membahas ilmu kalam didahului dengan pendahuluan mengenai logika Aristoteles dengan mengikuti cara para filosuf. rxcXF0a.
  • 4adqyf2gk5.pages.dev/163
  • 4adqyf2gk5.pages.dev/450
  • 4adqyf2gk5.pages.dev/546
  • 4adqyf2gk5.pages.dev/583
  • 4adqyf2gk5.pages.dev/429
  • 4adqyf2gk5.pages.dev/551
  • 4adqyf2gk5.pages.dev/98
  • 4adqyf2gk5.pages.dev/423
  • pengertian ilmu tauhid ilmu fiqih dan ilmu tasawuf